Badan Bungkuk Gara-gara Cedera Tulang (1)

By , Kamis, 2 Januari 2014 | 17:02 WIB

Penyebab terbanyak tulang cedera adalah kecelakaan. Di jalan raya, kebanyakan korban adalah pengendara sepeda motor. Sementara di rumah, menurut dr. Luthfi Gatam SpOT (K-spine) dari Klinik DBC (Documentation Based Care), RS Internasional Bintaro-Tangerang ternyata, akibat jatuh dari loteng!

Yang perlu diketahui, tak semua cedera itu berupa patah tulang. “Hanya sprain, keseleo, salah urat, ligamen alias jaringan ikat antartulang tertarik, robek sedikit hingga tampak luar membengkak, bukan patah.” Tambahan lagi, pascakecelakaan ada usaha dari tubuh untuk membekukan darah agar tak terjadi bengkak. Itulah sebabnya, saat atlet sepakbola cedera, tindakan pertama yang dilakukan tim medis adalah mengompres dengan es atau air dingin. Ini prinsip do no harm, jangan memperparah yang sudah parah. Jangan menciptakan masalah baru. Setelah itu temui dokter.

Yang umum dilakukan, banyak orang yang pergi ke tukang pijat atau dukun tulang. Mereka berprasangka kalau ditangani medis akan lebih lama pulih. Padahal cara ini justru mengundang bahaya. Bayangkan, jaringan tulang yang sebenarnya sudah “membeku” itu diurai lagi akibat dipijat atau ditarik. Alhasil, tubuh pun tak memiliki kesempatan memulihkan diri sendiri.

Sembuh tanpa luka parut Pada cedera ringan, bagian sprain diistirahatkan dulu dengan dibidai, biasanya dengan kain pembalut coklat. Jadi, tak mesti digips (sering menjadi momok bagi sebagian orang). Bila tulang patah, secara alami sebenarnya bisa bersambung lagi. “Tulang dan usus adalah dua organ tubuh istimewa yang bisa pulih tanpa luka parut,” tutur Luthfi.

Masalahnya, kita menginginkan sambungan yang baik dan bisa berfungsi seperti semula dalam waktu relatif cepat. Dokter akan membius pasien hingga tenang dan lemas, supaya mudah mengembalikan tulang ke posisi yang benar. Inilah bedanya dengan tukang pijat atau dukun tulang yang melakukan tindakan tanpa bius pemati rasa. Pasien yang memberontak karena kesakitan malah dapat memperparah kondisi tulang. Bisa saja tulang tersambung, namun dalam posisi tak normal.

Tak sedikit kejadian, gara-gara keseleo lalu diurut ke dukun tulang, penderitanya malah menjadi timpang karena tungkainya “pendek sebelah”. Kadang terjadi cedera parah yang disebut dislokasi, tulang-tulang keluar dari tempurungnya. Biasanya terjadi pada pergelangan tungkai bawah atau lutut. Terjadi nyeri hebat, harus ditangani dokter kurang dari delapan jam. Bila terlambat, akan ada jaringan mati karena terputus dari aliran darah. Akibat akhirnya adalah tulang mati, terjadi pengapuran bahkan bisa diamputasi.