Badan Bungkuk Gara-gara Cedera Tulang (2)

By , Kamis, 2 Januari 2014 | 17:10 WIB

Bila terjadi dislokasi, dukun tulang pun biasanya langsung mengenali dan menolak menangani, menyarankan harus segera dibawa ke rumah sakit. Dislokasi mudah ditandai. Korban biasanya tak bisa berjalan sama sekali, bahkan tak bisa dipapah, sehingga harus digotong. Terjadi bengkak hebat sampai kebas di ujung kaki. Ujung-ujung dislokasi bila terjadi di pergelangan kaki, telapak dan jemari biasanya berwarna pucat, tanda darah tak lagi mengalir.

Bila patah dipicu osteoporosis (keropos tulang), bisa dilakukan kyphoplasty. Dokter melakukan pembedahan kecil dengan bius lokal untuk pembalonan dan pemakaian semen khusus tulang untuk memperbaiki strukturnya. Saat tulang patah, tubuh butuh kalsium lebih dari biasanya untuk memulihkan diri. Jadi, lebihkan asupan dari susu, teri, ceker ayam, pepaya, daun singkong. Bila perlu, dokter akan memberikan obat penguat tulang. Tak kalah penting, istirahatkan tulang dari kerja berat untuk sementara.

Waspadai TBC tulang Tampak luar, pasien dokter ahli tulang sekilas tak bermasalah. Kebanyakan mengalami cummulative trauma disease yang mengenai bantalan tulang belakang, yang memicu terjadinya deformitas, kelainan bentuk sosok tubuh. Gejala awalnya adalah perkaratan —umumnya disebut pengapuran—  tulang belakang, sendi-sendi bahu, lutut, panggul. Para pekerja perlu memperhatikan postur tubuh saat bekerja, sebab bisa memicu terjadinya deformitas ini.

Perkaratan intinya adalah kerusakan pada tulang rawan sendi, pelapis ujung tulang yang berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulang berbenturan saat sendi digerakkan. Bila tekanan terlalu berat, tuang rawan ini akan terkikis menipis hingga tak lagi berfungsi. Persendian terasa kaku dan nyeri. Gangguan ini bisa diatasi dengan fisioterapi, dibantu dengan pengurangan bobot tubuh dan penggunaan pelindung lutut.

Deformitas yang paling berat adalah kifosis (berasal dari bahasa Yunani, kyphos yang berarti punuk). Kifosis sering dihubungkan dengan skoliosis, tulang belakang melengkung menyamping. Baru disebut kifosis bila lengkungnya lebih dari 40 derajat. Jika lebih dari 50 derajat dianggap tak normal. Kifosis ringan mungkin belum disadari karena nyaris tak menimbulkan keluhan kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan harian.

Secara umum dikenal tiga jenis kifosis. Pertama, congenital kyphosis, kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum berusia 10 tahun.

Kedua, postural kyphosis yang paling banyak ditemui pada remaja putri, dan biasa disebut “bungkuk udang”. Jarang menyebabkan nyeri dan tak menimbulkan gangguan saat dewasa. Mengatasinya dengan memperkuat otot perut dan lutut yang membuat tubuh lebih nyaman.

Ketiga, Scheuermann’s khyphosis—diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya. Banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul). Gerak tertentu bisa memicu nyeri dan akhirnya tak kuat duduk atau berdiri lama. Bisa diatasi dengan memakai brace (rompi penyangga batang tubuh), latihan memperkuat tulang belakang, dan pemberian obat antiradang pereda nyeri.