Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta revitalisasi kawasan Stasiun Tugu dan Malioboro yang dicanangkan sejak tiga tahun lalu segera direalisasikan. Alasannya, kemacetan di kawasan Malioboro, khususnya saat akhir pekan, semakin parah.Sultan mengatakan hal tersebut seusai penandatanganan nota kesepahaman revitalisasi kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu, Jumat (10/1), di Kepatihan, Yogyakarta. Penandatanganan ini dilakukan untuk kedua kalinya setelah tiga tahun lalu kesepakatan serupa ditandatangani.Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Gubernur DIY, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignatius Jonan, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, perwakilan Keraton Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto, dan Kepala Subdirektorat Pembiayaan dan Kerja Sama Investasi Direktorat Pengembangan Kerja Sama Pemerintah dan Swasta Bappenas Jusuf Arbi.Sultan mengatakan, studi tentang penataan kawasan Malioboro sudah dilakukan berkali-kali. ”PT KAI bisa membantu menampung masalah kepadatan arus lalu lintas di Malioboro paling tidak dengan menyediakan lahan parkir. Sebab, dibutuhkan lahan paling tidak 30.000-32.000 meter persegi untuk lahan parkir,” ujarnya.Pembangunan kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu tidak sekadar untuk memecahkan persoalan kemacetan di Malioboro. Program ini juga bertujuan mengoptimalkan fungsi tanah-tanah milik PT KAI agar memiliki nilai ekonomis untuk pertumbuhan ekonomi DIY.Ignatius Jonan mengatakan, setelah penandatanganan kesepakatan yang kedua ini, PT KAI akan mulai menata dan membenahi lingkungan Stasiun Tugu.Kepala Pusat Pelestarian Benda dan Aset Bersejarah PT KAI Ella Ubaidi mengatakan, keaslian Stasiun Tugu tetap akan dipertahankan.