Jakarta "Siap Tempur" Hadapi Banjir

By , Rabu, 15 Januari 2014 | 06:38 WIB

Gubernur DKI Jakarta telah mengeluarkan Surat Pernyataan Siaga Banjir Jakarta terhitung mulai tanggal 13 Januari hingga 12 Februari 2014. Pernyataan tersebut dikeluarkan pada Senin (13/1).

Banjir yang menggenangi 42 kelurahan di Jakarta dan menyebabkan 5.000 lebih pengungsi pada Minggu (12/1) menjadi pertimbangan keluarnya siaga darurat. Selain itu juga antisipasi puncak hujan yang diperkirakan terjadi sampai Maret mendatang.

Pengertian Status Siaga Darurat Bencana adalah suatu keadaan terdapat potensi bencana, yang merupakan peningkatan eskalasi ancaman.

Penentuannya didasarkan atas hasil pemantauan yang akurat oleh instansi yang berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata atau dampak yang terjadi di masyarakat. Mekanisme penetapan status siaga darurat bencana adalah dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas saran Kepala BNPB/BPBD.

Teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk antisipasi banjir dapat dilakukan setelah adanya pernyataan siaga darurat banjir oleh Gubernur DKI Jakarta.

Apa itu TMC? TMC adalah usaha campur tangan manusia dalam pengelolaan sumberdaya air di atmosfer untuk menambah dan/atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah suatu untuk meminimalkan bencana dengan memanfaatkan parameter cuaca. Intinya TMC adalah merekayasa cuaca untuk mendistribusikan hujan.

Dalam hal banjir Jakarta, ada 2 strategi yaitu mempercepat hujan dan menghambat pertumbuhan awan. Pertama, adalah mempercepat hujan dikenal dengan proses lompatan (jumping process). Ini dilakukan terhadap awan-awan di daerah upwind (yang akan memasuki Jakarta) sehingga dijatuhkan di luar Jakarta yang tidak rawan banjir seperti di Laut Jawa, Selat Sunda, atau lainnya. Awan-awan berpotensi hujan di daerah di luar Jakarta disemai dengan bahan garam (NaCl) yang memiliki sifat menyerap butir-butir air di awan sehingga terjadi hujan.

Untuk itu digunakan satu pesawat Hercules C-130 TNI yang sekali terbang mampu membawa 8 ton garam dari Lanud Halim Perdanakusuma. Dua pesawat Casa 212-200 dioperasikan dari Lapangan Terbang Atang Sanjaya Bogor. Sekali terbang pesawat Casa membawa satu ton garam.

Saat ini penaburan bahan semai di dalam pesawat dilakukan dengan peralatan mekanis seeding (penyemaian). Tidak menggunakan manual lagi karena untuk antisipasi korosi pesawat terbang.

Metode kedua adalah dengan menempatkan 24 Ground Based Generator (GBG) dan Ground Particle Generator (GPG) di beberapa tempat di Jakarta. Alat ini mengeluarkan gas dan partikel-partikel bahan semai berupa butiran garam yang sangat halus ke dalam awan yang baru tumbuh.

Bahan tersebut akan menyerap uap air dan membentuk butir-butir halus yang berlaku sebagai pesaing bagi butir-butir awan yang ada. Metode ini akan menghambat pertumbuhan awan (competition mechanism) sehingga hujan tidak besar intensitasnya.

BNPB bersama BPPT, BPBD DKI Jakarta, Kementerian PU, dan BMKG dalam pelaksanaan TMC yang total memakan biaya Rp20 miliar itu. Meski menurut BNPB, biaya ini amat kecil jika dibandingkan dampak kerusakan dan jumlah kerugian akibat banjir di Jakarta.

Kondisi banjir saat ini sebagian besar telah surut. Pengungsi sebagian telah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumahnya dari lumpur.

Semua sungai di Jakarta saat ini aman. Tinggi muka air sungai sudah sudah turun sehingga statusnya Siaga 3 dan Siaga 4, yang termasuk normal. "Kondisi masih aman," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam pesannya, Selasa (14/1) malam.