Deru puluhan mesin perahu kayu meraung bersahutan. Dari kejauhan, deretan perahu kayu itu layaknya tengah adu cepat. Para juru mudi saling memacu perahu mereka agar bisa sesegera mungkin mencapai tepian dermaga untuk menurunkan penumpang.
Parade perahu penuh penumpang adalah potret pagi di Pelabuhan Pansodan, Sungai Yangon, Myanmar, pada pengujung Desember 2013 lalu. Persinggahan yang menjadi tambatan perahu kayu dan kapal feri para komuter dari kota Dala untuk bekerja di kota Yangon.
Dala adalah kota kecil di seberang Pelabuhan Pansodan. Pada tahun 2008, Dala diterjang topan Nargis. Puluhan ribu jiwa melayang. Tidak sedikit pula yang menjadi tunawisma dan kehilangan pekerjaan.
Hingga kini, Dala masih menjadi kota miskin yang tidak banyak menyediakan lapangan pekerjaan untuk warganya. Untuk memperbaiki nasib, warga Dala setiap hari harus menyeberangi Sungai Yangon. Di kota Yangon, mereka mencari peruntungan dengan menjual hasil bumi, bekerja di toko, atau menjadi sopir becak dan taksi.
Denyut kehidupan di Sungai Yangon mungkin tak jauh beda jika dibandingkan dengan sungai-sungai besar di Indonesia beberapa tahun lalu.
Masa ketika sungai masih terjaga dari sampah dan tumbuhan yang terlahir dari limbah. Suatu waktu saat sungai menjadi habitat ikan dan burung-burung liar.