Sekawan burung yang terbang dengan formasi V bukan hanya indah. Koreografi kepakan sayap dengan bentuk tepat itu membantu mempercepat perjalanan mereka. Bagaimana bisa? Itulah yang ilmuwan simpulkan setelah melacak sekelompok burung hitam besar yang dilengkapi perangkat GPS kecil. Burung ibis botak utara (Geronticus eremita) itu telah dilatih mengikuti sebuah trike (pesawat ultralight, gantole bermesin). Seorang pakar dalam perilaku terbang hewan mengatakan, bahwa mengumpulkan data, termasuk setiap lipatan sayap saja merupakan prestasi luar biasa. Para ilmuwan telah lama berteori, bahwa banyak burung seperti ibis botak utara yang langka mengambil formasi V untuk alasan aerodinamis . Ketika terbang, burung meninggalkan semacam baling-baling udara. Dengan demikian burung lain bisa mendapatkan dorongan dari udara yang bergerak ke atas dengan terbang di belakang burung pertama dan menyamping. Ketika sekelompok burung menggunakan trik ini, mereka membentuk formasi V. Sudah sulit untuk belajar ini di alam liar, tapi para peneliti dari Royal Veterinary College, University of London dan lembaga lain menjawab tantangan itu melalui program kemitraan pelestarian yang sedang mencoba k melepasliarkan kembali burung penjelajah yang terancam punah di Eropa . Selama sekitar satu dekade, program ini menangani ibis-ibis yang dibesarkan di kebun binatang dan mengajarkan pada mereka rute migrasi burung dipandu pesawat ultralight. Biasanya, pemimpin dari pembentuk formasi V adalah induk burung.
Dengan bantuan program, para peneliti melacak 14 ibis remaja yang bermigrasi antara Austria dan Italia .
Sebuah analisis dari periode tujuh menit menunjukkan, bahwa ketika terbang dengan formasi V, mereka mengatur diri hanya dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan udara yang bergerak ke atas di belakang burung lain, yang memungkinkan menghemat energi mereka.
Mereka juga tampaknya mengukur waktu kepakan sayap untuk memanfaatkan penuh udara yang naik ke atas itu, dengan mengatur ujung sayap mengikuti jalur bergelombang yang sama melalui udara sesuai ujung sayap burung di depan. Ini seperti satu mobil terikut mobil lain dalam roller coaster.
Ketika salah satu burung terbang tepat di belakang yang lain, ia tampaknya menyesuaikan kepakan untuk mengurangi efek gerakan udara ke bawah. Jadi, burung dapat dengan baik memperkirakan gelombang udara atau baling-baling udara yang ditinggalkan pasangan kawanan mereka dan menyesuaikan kepakan. Ini kemampuan luar biasa, kata para peneliti. Para ilmuwan melaporkan hasil mereka secara online pada 15 Januari 2014 di di jurnal Nature. Ini adalah bukti percobaan pertama, bahwa burung dapat menyesuaikan kepakan sayap untuk mengambil keuntungan dari gelombang udara, tulis Florian Muijres dan Michael Dickinson dari University of Washington. Kenny Breuer dari Brown University, yang tidak berperan serta dalam program ini menyatakan, pengumpulan data dari burung-burung yang terbang bebas adalah “prestasi cukup mencengangkan."