Kisah Warga Manado yang Terjebak Banjir di Jembatan

By , Jumat, 17 Januari 2014 | 17:30 WIB

Terdapat 2.000-an warga terjebak selama delapan jam ketika banjir hampir setinggi dua meter menggenangi Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado. Warga terjebak dari Jembatan Miangas sampai SPBU Pal Dua, Rabu lalu (15/1), saat banjir bandang menghantam.

Ribuan warga tersebut pun kontan dilanda kebingungan apakah akan sampai dengan selamat ke rumah dan bertemu keluarga jika menembus banjir, atau harus menunggu evakuasi dari pemerintah.

Kekurangan informasi dari pihak terkait soal bencana banjir besar pada hari itu menyebabkan mereka terkurung selama delapan jam. Mereka tak menyangka bakal menghabiskan waktu di Jalan AA Martadinata (Jembatan Miangas sampai SPBU Pal Dua). Warga hanya bisa pasrah menerima keadaan itu.

Padahal, pada pukul 09.00 WITA, ketinggian air belum separah saat banjir di siang sampai malam hari. Awalnya banjir hanya berkisar 30 sentimenter. Kendaraan roda empat dan dua masih bisa bebas menuju ke Pal Dua dari arah Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang. Begitu juga warga di seputar lokasi ini yang masih bisa beraktivitas seperti biasa tanpa khawatir air akan naik lebih tinggi.

Selang satu jam kemudian, bencana itu datang. Hujan deras tanpa henti memaksa warga dan pemilik kendaraan mencari tempat untuk berteduh. Air di Kelurahan Komo Luar pun kian meninggi, hingga lebih dari semeter.

Hanya dalam hitungan menit, air terus meninggi. Mereka yang berteduh akhirnya memilih untuk bergerak ke Jembatan Miangas sampai gudang Coca Cola, hingga di supermaket Queen Mart dari arah Komo Luar.

Pemilik kendaraan yang memarkirkan kendaraannya tak bisa lagi memindahkan kendaraan. Alhasil, puluhan kendaraan roda dua dan empat tenggelam di tengah banjir, bahkan ada tiga mobil yang terbawa arus air yang deras.

Pukul 11.00 WITA, warga hanya bisa pasrah menunggu banjir surut. Muka lelah dan pasrah terpancar dari wajah ribuan warga. Mereka pun mulai dilanda kelaparan karena tak ada pasokan bahan makanan.

Di tengah keputusasaan, harapan baru muncul pukul 19.00 WITA. Dua mobil Dalmas milik polisi meraung-raungkan sirene di tengah kecemasan warga. Sebelum itu, memang ada tiga perahu karet milik tim SAR yang mencoba membantu menyeberangkan warga yang terjebak. Namun, hal itu tidak efektif karena besarnya risiko, mengingat derasnya aliran air.

"Akhirnya saya bisa pulang," ucap Charles, warga Sario yang menjadi salah satu korban yang terjebak di jembatan.

Sementara itu, saat terdengar kabar bahwa air di SPBU Pal Dua sampai Patung Kuda Pal Dua sudah turun, sebagian warga memilih pulang menggunakan jalan ini. Hal itu ditempuh meski risiko menempuh medan yang berat. Pasalnya, dari Pal Dua, mereka harus ke Perkamil, Kelurahan Ranomout, Jalan Malendeng, dan tembus ring road.

Jalan-jalan ini licin dan berbatu karena terkena imbas banjir juga dan ada longsoran-longsoran kecil. "Kalau menunggu evakuasi pakai mobil polisi bisa jam dua pagi sampai di rumah. Lebe bae kita iko malendeng jo," kata Glen, warga Kelurahan Wenang.

Seorang warga juga menuturkan, ini merupakan pengalaman pertamanya terjebak banjir. "Kompleks saya tidak pernah kebanjiran. Dengan pengalaman ini, saya bisa merasakan juga bagaimana saudara-saudara saya yang kebanjiran," kata Vano, warga Malalayang.

Setelah banjir surut, kini warga Manado dihadapi dengan lumpur dan kesulitan air bersih. Banyak warga berusaha untuk memperoleh air dengan berbagai cara.