Penelitian Kakaktua Tanimbar: Si Pembuat Alat Makan di Alam Liar

By Agnes Angelros Nevio, Selasa, 7 September 2021 | 11:00 WIB
Ahli biologi mengamati perilaku kakatua dalam membuat alat makanan di alam liar, yang membantu mereka mendapatkan akses makanan. (Adam Smith/Free Goffin Cockatoo Stock Photo)

Nationalgeoraphic.co.id-Kakaktua tanimbar atau kerap disebut kakaktua goffiniana, mahir membuat alat makan di lingkungan laboratorium. Namun, kini kakaktua ini telah mendemonstrasikan keahlian tersebut di alam liar.

Di habitat alami mereka di Kepulauan Tanimbar, Maluku, Indonesia, para ilmuwan akhirnya mengamati burung (Cacatua goffiniana) membuat alat yang membantu mereka mendapatkan akses yang lebih baik untuk mencari makan. Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku sebelumnya bukan hanya bias penangkaran—seperti yang telah diprediksi—tetapi sesuatu yang dilakukan burung secara alami, jauh dari pengaruh manusia.

"Aku tidak percaya ini!" kata ahli biologi kognitif Mark O'Hara dari Veterinary University di Wina, Austria. "Ketika saya menawarkan mereka (kakaktua tanimbar) buah tertentu dari hutan, salah satu dari mereka mulai membuat alat makan dari cabang. Sungguh menakjubkan betapa terampil dan kompetennya burung itu tahu cara membuat alat seperti ini," lanjutnya.

Kemampuan membuat alat makan telah diamati pada beberapa spesies sekarang, seperti primata dan korvida. Meskipun kakaktua memiliki banyak kesamaan dengan primata (seperti otak besar dan jaringan sosial yang kompleks), mereka dianggap sebagai hewan yang tidak mungkin untuk menunjukkan keterampilan seperti itu. Hal ini karena kaki mereka yang cekatan dan paruhnya yang tajam bisa melakukan sebagian besar tugas yang mungkin perlu dilakukan burung tersebut. pada dasarnya, alat makan yang mereka perlukan sudah ‘built-in’.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan di laboratorium mengamati kakaktua tanimbar menggunakan alat yang sudah jadi. Kemudian mereka juga mengamati perkembangan lanjutannya, yaitu saat burung itu membuat peralatan makannya sendiri. Akan tetapi, tidak jelas apakah perilaku tersebut merupakan hasil dari bias penangkaran—di mana hewan penangkaran mengungguli hewan liar dalam hal penggunaan alat.

Jadi O'Hara dan rekan-rekannya memutuskan untuk pergi ke Kepulauan Tanimbar dengan tujuan membuktikan apakah kakaktua ini menggunakan atau membuat alat di habitat alami mereka. Mereka memasang kamera di kanopi pohon tempat burung-burung berkumpul dan merekam hampir 885 jam pengamatan. Sayangnya, para peneliti tidak menemukan apa pun.

Tanimbar Corella (Cacatua goffiniana), juga dikenal sebagai Kakatua Goffin atau Kakatua Tanimbar, di Central catchment area, Singapura. (Wikimedia)

Kemudian, para peneliti membawa 15 burung liar ke kandang sementara yang mereka buat. Kemudia para peneliti menghujani kakaktua tanimbar liar dengan buah untuk melihat apa yang terjadi.

Mangga laut, atau buah Wawai (Cerbera manghas), mematikan bagi manusia. Akan tetapi, kakaktua tanimbar dilihat sedang menikmati bijinya. Mengekstrak biji-biji ini bukanlah prestasi yang berarti. Mereka terbungkus dalam lapisan tipis sari, dan memiliki lapisan keras yang sulit ditembus, bahkan untuk paruh tajam kakaktua.

"Kami telah melihat kakaktua bekerja selama berhari-hari untuk membuka kelapa muda. Fokus minat kami adalah pada sumber makanan yang membutuhkan metode yang agak rumit untuk mengekstrak pakan. Kami sekarang telah menemukan kemajuan dari sebuah biji yang berasal dari buah beracun ini," kata psikolog komparatif Berenika Mioduszewska dari Veterinary University di Wina. "Sangat mengesankan melihat kakaktua melakukan prestasi yang besar dengan keterampilan dan presisi yang luar biasa," lanjutnya.

Hanya dua dari 15 kakaktua tanimbar yang membuat alat, menggunakan paruh dan lidah mereka untuk membentuk alat itu dari cabang-cabang pohon. Akan tetapi, dua kakaktua tanimbar yang membuat alat tersebut mendapat hadiah biji wawai yang lezat. Para peneliti mengumpulkan alat yang dibuang dan melakukan analisis 3-D untuk mengetahui bagaimana alat itu digunakan.

Alat pertama adalah pengiris tebal, yang dimasukkan ke dalam biji untuk mencungkil lapisan luar. Alat kedua adalah alat yang lebih tajam, agak mirip pisau, funsingnya untuk memotong dan menembus lapisan pelindung di sekitar benih. Akhirnya, kakaktua yang pandai membuat sendok, menyendok kelezatan yang diperoleh dengan susah payah: biji itu sendiri.

Meskipun burung-burung membuat alat-alat ini di kandang burung, tim percaya bahwa ada tiga alasan yang sangat bagus untuk percaya bahwa Goffin juga membuat alat di alam liar.

Para ilmuwan di laboratorium mengamati Goffin menggunakan alat yang sudah jadi, kemudian mereka juga mengamati perkembangan lanjutannya yaitu saat burung tersebut membuat peralatan makannya sendiri. (Lim Sheau Torng/FLICKR)

Pertama, kesiapan dan kemahiran mereka dalam membuat alat menunjukkan bahwa itu adalah keterampilan yang diasah. Kedua, bukti video memang menangkap kakaktua tanimbar liar yang menggabungkan potongan kayu dengan buah wawai. Akhirnya, buah wawai yang dibuang di sekitar habitat kakaktua tanimbar menunjukkan bukti penggunaan alat, bahkan sebuah alat tersebut ditemukan masih tertancap di dalam buah itu.

"Perilaku tersebut dilakukan dengan cepat dan dinamis, dan juga tampaknya tidak mencolok, itulah sebabnya hampir tidak mungkin untuk mengamatinya di kanopi yang lebat. Kami memiliki kesempatan unik untuk melakukan pengamatan yang mendetail secara dekat saat kami memelihara sekelompok kakaktua liar di kandang buatan untuk waktu yang singkat," kata O'Hara "Setelah beberapa tahun membuat perencanaan proyek dan kerja fisik yang keras, akhirnya keberuntungan datang pada kami."

Baca Juga: Singkap Perdagangan Haram Fosil Burung Purba Berjambul Terlengkap