Andaikan Jalan Kaki di Jakarta Senyaman di Hongkong

By , Minggu, 26 Januari 2014 | 13:28 WIB
()

Berjalan kaki menjadi hobi saya saat sedang berkunjung ke negara orang. Trotoarnya itu lho, lebar tanpa "diramaikan" pedagang kaki lima atau menjadi pangkalan ojek, seperti di Jakarta. Berjalan pun nyaman, tanpa hambatan.

Baru-baru ini, saat berkunjung ke Hongkong, saya sempat menikmati trotoar-trotoar yang lebarnya berkisar antara dua hingga tiga meter. Contohnya di Hennessy Road, Wan Chai, jalan yang menuju Ozo Wesley Hotel, tempat saya menginap. Atau di Hollywood Road sepanjang 2 Km, yang menuju ke kawasan fesyen, SoHo. Trotoar yang lebar itu sangat nyaman digunakan.

Banyak warga Hongkong dan wisatawan asing yang lebih memilih berjalan kaki untuk menuju transportasi publik, seperti MTR, trem, dan juga bus. Selain itu, warga lokal juga biasa mengajak anjing peliharaan mereka yang cantik-cantik untuk berjalan kaki.

Di bekas negara persemakmuran Inggris ini, antara trotoar dan jalan raya kebanyakan dipisahkan dengan pagar setinggi satu meter, sehingga pejalan kaki tidak terganggu dengan kendaraan. Tidak ada mobil nekat naik ke trotoar untuk parkir, atau tukang ojek mangkal, atau PKL membuka lapaknya.

Meski ramai pejalan kaki, trotoar tetap bisa dilintasi tanpa kesulitan berarti. Apalagi trotoar sudah rata dengan semen. Di setiap beberapa blok, disediakan tempat penyeberangan. Tunggu sampai lampu pejalan kaki bernyala hijau. Bunyi tut.. tuut.. tuuut yang cepat, membuat kita harus menyeberang dengan segera. Kalau di Jakarta, seperti di depan Mal Ambassador.

Di kanan kiri trotoar, biasanya berdiri minimarket seperti 7-Eleven dan Circle K, toko-toko pakaian, cafe, pasar, hingga pusat perbelanjaan, bahkan taman. Di Hollywood Road, para pejalan kaki bisa menikmati jejeran galeri dan cafe. Ada juga kuil ternama, Man Mo, yang ramai dikunjungi menjelang Imlek ini.

Dibandingkan dengan jalan di kawasan Wan Chai, Hollywood Road cenderung tak terlalu ramai. Sebab, kawasan ini salah satu kawasan elite di Hong Kong.

Parkir on street di Lion Rock Road. Mobil derek sudah bersiaga jika ada mobil yang parkir melebihi jam sewa. | SHO

Di beberapa jalan lainnya, seperti di Lion Rock Road, kawasan Kowloon, bahu jalan bisa dipakai untuk parkir on street.

Pengemudi yang memarkirkan kendaraannya harus membayar. Parking meter mencatat berapa lama waktu tersisa kendaraan tersebut parkir. Jika lewat dari jam seharusnya, mobil derek sudah standby di dekatnya.

Di sekitar Ladies Market, kawasan Mongkok, juga nyaman untuk dipakai berjalan kaki para penyuka belanja murah yang dijajakan para PKL. Hanya saja, memang agak crowded, mengingat pasar ini salah satu yang dituju pada shopaholic. Banyak orang Indonesia yang belanja di pasar ini.Di beberapa sudut jalan kawasan ini, banyak yang menawarkan jasa pijat refleksi kaki. Kisaran harganya antara 70 hingga 90 dollar Hongkong, atau Rp 108.500 hingga Rp 139.500 (kurs 1 dollar HK = Rp 1.550). Setelah direfleksi, kaki jadi lumayan lebih rileks.

Saya kemudian membayangkan berjalan kaki dari Palmerah Selatan menuju pusat perbelanjaan di Senayan. Setelah menyeberang rel kereta, trotoar masih bisa dinikmati, hingga depan Hotel Mulia. Setelah itu, trotoar telah "dijajah" oleh pedagang tanaman hias. Setelah lampu merah pertigaan yang sederetan dengan Senayan City, trotoar juga lenyap, sehingga harus melintas di antara tiang monorel di Jalan Asia Afrika.

Sementara di kawasan Jalan Satrio, yang dekat dengan Mal Ambassador dan ITC Kuningan, trotoar dijadikan lahan parkir motor. Atau di seberangnya menjadi pangkalan tukang ojek. Entah kapan bisa menikmati jalan kaki di trotoar Ibu Kota ini...