Perempuan, Jangan Jajan Sembarangan!

By , Selasa, 28 Januari 2014 | 07:34 WIB

Jajan atau membeli pangan olahan di toko atau pun pinggir jalan sudah menjadi bagian dari kebiasaan sebagian masyarakat. Padahal, makanan olahan tersebut belum tentu sehat dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan.

Khususnya bagi kaum perempuan yang sedang mempersiapkan kehamilan, kebiasaan jajan sembarangan sebaiknya dihindari. Hal ini sangat penting karena persiapan untuk memasuki kehamilan dan melahirkan sangat terkait dengan asupan nutrisi. 

"Sebaiknya hindari kebiasaan jajan, terutama pada wanita. Pangan yang dijual belum tentu memiliki kecukupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Ingat kecukupan nutrisi pada wanita tidak hanya menentukan kesehatannya, tapi juga generasi masa depan," kata guru besar tetap dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Endang Achadi.

Kualitas generasi mendatang, jelas Endang, sebetulnya ditentukan jauh sebelum seorang wanita hamil. Hal tersebut dilakukan melalui asupan nutrisi wanita setiap harinya. Asupan itulah yang kemudian menentukan kualitas kandungan, plasenta, serta pembentukan organ sensitif pada janin.

"Seorang wanita biasanya baru tahu dirinya hamil ketika jadwal menstruasi sudah telat satu minggu. Pada saat itu usia kehamilan sudah mencapai 3 minggu, yang berarti janin sudah memasuki masa  pembentukan organ sensitif misalnya otak dan saraf. Hal ini mengindikasikan masa awal pembentukan sangat bergantung pada asupan nutrisi ibu sehari-hari. Bila ibu tidak terbiasa mengkonsumsi asupan bergizi, maka kualitas pembentikan organ tidak terjamin," kata Endang.

Lebih jauh Endang menjelaskan, pembentukan organ janin berlangsung tepat setelah pembuahan hingga usia kehamilan 8 minggu. Pada masa ini beberapa organ yang terbetuk adalah otak, jantung, hati, tulang, dan otot. Selama pembentukan organ, janin sangat membutuhkan zat gizi penting, seperti protein dan zat gizi mikro misalnya besi, asam folat, dan zinc.

Bila janin mengalami kekurangan gizi selama masa tersebut hingga 1.000 hari pertama kehidupannya, maka bisa dipastikan pembentukan organnya terganggu. Akibatnya janin bisa mengalami kecacatan misalnya spina bifida.

Pada spina bifida, tulang belakang tidak terbentuk dengan benar yang mengindikasikan adanya cacat tabung saraf. Tabung saraf berperan penting menentukan koordinasi saraf di kanan dan kiri tubuh, yang tentunya berpengaruh pada IQ dan EQ. Bila tabung saraf tidak terbentuk dengan benar, kemungkinan janin yang terbentuk tidak memiliki IQ dan EQ sesuai harapan.

Menurut Endang, kebiasaan jajan sembarangan pada wanita berhubungan dengan minimnya pengetahuan tentang gizi dan kualitas hidup. Seorang wanita cenderung makan dalam jenis dan jumlah terbatas sesuai yang ditemuinya dalam keseharian. Bila dalam keseharian wanita lebih sering menemui pangan olahan minim nutrisi, maka bisa dipastikan asupan tersebut lebih sering dikonsumsi daripada buah dan sayur. Padahal seorang wanita disarankan makan aneka hidangan dalam jumlah yang cukup, untuk menjamin asupan nutrisi.

"Belum lagi salam paham pangan nutrisi haruslah mahal. Padahal untuk sumber protein tidak harus hewani, bisa juga nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Bila tidak mampu beli daging, ibu bisa mengkonsumsi ceker atau leher ayam sebagai sumber protein yang murah," kata Endang.

Lebih khusus Endang menyoroti kecukupan zat besi pada ibu. Endang mengatakan, saat ini hampir 40 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Ibu yang mengalami anemia berisiko melahirkan bayi yang juga menderita anemia. Bayi yang mengalami anemia berpeluang mengalami gangguan kecerdasan.

Padahal zat besi bisa diperoleh dari asupan nabati misialnya kacang-kacangan, atau hewani misalnya daging merah. Bila perlu wanita juga bisa mengkonsumsi suplemen zat besi, yang baisnaya dikombinasikan dengan asam folat. Sehingga anemia bisa diatasi dan wanita menjadi lebih sehat.  

Selain pemenuhan gizi, Endang juga menyarankan wanita melakukan 3 pilar kesehatan lainnya. Pilar ini adalah mempraktikkan pola hidup besih, memantau berat badan ideal, dan rutin melakukan kegiatan fisik.