Anomali bibit badai tropis di Samudra Pasifik bagian barat masih berlangsung dan bergerak ke timur. Anomali ini mengganggu musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. ”Dalam dua sampai tiga hari ke depan diprediksikan masih terdapat hujan di sebagian besar wilayah. Namun prediksi pada tujuh hari ke depan awan hujan berkurang meskipun masih pada puncak musim hujan hingga pertengahan Februari nanti,” tutur Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudiyanto, Senin (27/1) di Jakarta. Bibit badai tropis atau sistem tekanan rendah kemarin terpantau di Samudra Pasifik sebelah utara Papua Nugini. Analisis pola arus angin BMKG menunjukkan, pusat sistem tekanan rendah memiliki arah pusaran berlawanan arah jam. Arus angin yang bergerak dari timur laut dan dibelokkan ke timur bertemu dengan arus angin yang tertarik pusat sistem tekanan rendah di Samudra Hindia. Pertemuannya memanjang dari Sulawesi bagian selatan, Maluku, dan Papua. Bibit badai tropis di belahan bumi selatan itu terpantau ada dua, yakni lokasi selatan Nusa Tenggara Timur serta Teluk Carpentaria, Australia. Pertemuan arus angin lain juga berlangsung di sebelah barat daya Sumatera ke arah timur melintasi Jawa hingga bagian timur Jawa. Lokasi yang menjadi pertemuan dua arah angin itu menimbulkan awan hujan dalam dua hingga tiga hari ke depan. Prediksi hujan masih terjadi di Bengkulu dan Lampung, kemudian Banten dan Jawa Barat bagian utara termasuk Jakarta dan sekitarnya. Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian utara diprediksikan masih ada hujan untuk tiga hari ke depan. Demikian juga untuk Nusa Tenggara bagian barat dan timur, Sulawesi Selatan bagian barat, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian selatan. Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Edvin Aldrian menyatakan, bibit badai tropis yang terbentuk di Samudra Pasifik menarik massa uap air yang ada di Indonesia bagian timur. Hal ini diperkirakan memperpendek musim hujan di Indonesia. ”Dampak berikutnya, awal musim kemarau bisa lebih cepat di sebagian wilayah Indonesia,” kata Edvin. Musim kemarau tahun ini bisa lebih panjang. Di Samudra Pasifik pun berpotensi terjadi El Nino yang menimbulkan musim kemarau berkepanjangan di Indonesia.