Namanya Little Foot, Nenek Moyang Manusia Asal Empat Juta Tahun Lalu

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 8 Oktober 2021 | 10:00 WIB
Studi mengungkapkan kerangka yang dikenal oleh para antropolog Little Foot adalah salah satu dari sisa-sisa hominid tertua yang pernah ditemukan. (University of Witwatersrand)

Little Foot, kerangka fosil Afrika Selatan yang penuh teka-teki sekaligus spektakuler kini dapat mengklaim setua kerangka Lucy yang jauh lebih terkenal dari Afrika Timur—setidaknya menurut sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Nature.

Menggunakan teknik penanggalan yang relatif baru yang meningkatkan akurasi penanggalan untuk sampel yang sangat tua, penemu fosil, Ron Clarke dari University of Witwatersrand, di Johannesburg, dan rekan-rekannya sekarang menyematkan usia hampir empat juta tahun pada sedimen yang mengeras di sekitar fosil.

Jika kerangka itu sendiri setua itu, itu bisa membantu mendorong Afrika Selatan kembali ke panggung utama dalam evolusi manusia awal — posisi yang dilepaskannya pada 1960-an ke Afrika Timur, di mana lapisan abu vulkanik yang mudah didata memberikan garis waktu yang siap pakai dari spesies yang berevolusi, fitur yang semakin mirip manusia.

Baca Juga: Apa Kabar Nesher Ramla Homo, Salah Satu Leluhur Kita yang Baru Ketemu

“Orang-orang mengatakan Afrika Selatan memiliki fosil yang bagus, tetapi kita tidak tahu berapa umur mereka,” kata Clarke. “Sekarang kami mulai memahami usia mereka. Itu mengubah banyak hal secara dramatis.”

Dengan lebih dari 90 persen tulangnya utuh, Little Foot mengalahkan kerangka Lucy, yang hanya 40 persen lengkap dan tidak memiliki kepala. Tapi sementara Lucy telah bersaing untuk posisi utama di keluarga manusia selama beberapa dekade, Little Foot belum terungkap dalam literatur ilmiah.

Clarke telah menghabiskan sebagian besar dari 15 tahun terakhir dengan susah payah menggali fosil dari batu di mana ia terbungkus, jauh di dalam gua yang disebut Sterkfontein, dekat Johannesburg.

Untuk menetapkan usia Little Foot, para ahli di balik penyelidikan ini mengukur tingkat isotop aluminium dan berilium dalam kuarsa yang ditarik dari lapisan batuan yang menghasilkan kerangka.

Teknik yang mereka gunakan memungkinkan margin kesalahan hanya 160.000 tahun. Selain penanggalan tulang hominid yang sebenarnya, tim menganalisis beberapa alat batu yang ditemukan di gua yang sama di mana Little Foot digali. Alat-alat itu ditemukan berusia 2,18 juta tahun.

“Kami berhasil dalam pengukuran kami, tetapi kami terkejut bahwa tanggalnya sangat tua,” tutur peneliti Universitas Purdue Darryl Granger mengomentari hasil penyelidikan ini.

Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan