BMKG Belum Optimalkan Sejuta Follower di Twitter

By , Minggu, 2 Februari 2014 | 09:20 WIB

Berbeda dengan lembaga pemerintah lainnya, jumlah follower Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terbilang fantastis.Selasa (28/1), BMKG mengumumkan bahwa follower-nya mencapai 1 juta. Saat berita ini diturunkan, jumlahnya telah mencapai 1.014.071 follower.Jumlah tersebut jauh melebihi lembaga pemerintah lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang hanya 15.417.Dengan jumlah follower banyak, fungsi Twitter BMKG perlu dioptimalkan sehingga memberi manfaat kepada masyarakat, terutama di tengah beragam ancaman bencana seperti hujan, banjir, dan gempa.Pengamatan Kompas.com, informasi cuaca saat ini yang disampaikan lewat Twitter BMKG hanya berupa citra potensi curah hujan se-Indonesia.Informasi masih sangat umum dan belum mengelaborasi dampak beragam faktor seperti bibit siklon, adanya pusaran, dan lainnya.Contoh kasus, sebelum banjir Manado terjadi, tidak ada peringatan dini adanya hujan lebat yang mungkin terjadi akibat bibit siklon.Pakar meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Zadrach Ledoufij Dupe, mengapresiasi langkah BMKG menggunakan media sosial, tetapi mengatakan bahwa informasi yang diberikan harus jelas."Seharusnya, informasi berupa statement dan jelas," kata Zadrach saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/1).Zadrach juga mengungkapkan masih perlunya pengembangan situs web BMKG dalam memberikan informasi yang lebih mudah dicerna.Tentang penyajian citra satelit, citra radar, dan prakiraan angin, Zadrach mengungkapkan, "Perlu ada legenda (keterangan)."Dalam prakiraan angin misalnya, biasa terdapat tanda L dan E yang tidak diberi keterangan sehingga publik sulit memahami.Zadrach juga menuturkan peluang BMKG untuk membangun interaksi dengan masyarakat lewat media sosial.Ia menuturkan, dahulu di beberapa negara, lembaga serupa BMKG membuka saluran telepon sehingga masyarakat bisa bertanya. Hal sama sebenarnya juga telah dilakukan BMKG."Sekarang, hal itu bisa dilakukan lewat Facebook dan Twitter," ungkap Zadrach.Sementara itu, Thomas Djamaluddin yang membawahkan Pusat Sains Atmosfer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menuturkan pentingnya mengoptimalkan jejaring sosial untuk edukasi."Masyarakat perlu diberi edukasi tentang cuaca," ungkap Thomas.Thomas mengungkapkan, edukasi yang dilakukan BMKG nantinya akan berguna sehingga data-data yang disajikan lebih bisa dipahami publik.Masyarakat juga bisa memahami keterbatasan-keterbatasan dalam prakiraan cuaca."Itu bisa dilakukan lewat Twitter, tinggal pengemasannya," kata Thomas.Kepala BMKG Andi Eka Sakya ketika dihubungi Kompas.com mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya untuk memperbaiki cara komunikasi publik.Tentang minimnya informasi di Twitter, Andi mengungkapkan, "Di Twitter karena terbatas hanya 144 karakter."Menurutnya, keterbatasan tersebut masih menjadi kendala ketika menyampaikan permasalahan cuaca di wilayah yang luas dan kompleks seperti Indonesia.Andi mengatakan bahwa pihaknya sebenarnya telah memiliki staf yang berkewajiban untuk menangani penyebaran informasi lewat Twitter. "Sudah kita tugaskan di IT," katanya.Di situs web, Andi mengungkapkan bahwa pihaknya juga terus memperbaiki konten dan cara penyampaiannya.Andi mengungkapkan, pihaknya sebenarnya telah membuka saluran SMS untuk mengetahui informasi cuaca secara spesifik. Publik bisa mengetik "C0 kota asal" dan mengirimnya ke nomor 2323.