Mantan pasien kanker selain patuh minum suplemen, bila diharuskan, juga harus kontrol teratur, dan menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah kekambuhan. Kadang, ini tak mudah.
“Saya menderita kanker tiroid di awal krismon. Pernah suplemen L-tiroksin yang perlu saya minum 2 x 100mg/hari sulit didapat di mana-mana. Saya kehabisan persediaan seminggu hingga rasanya lemas dan kesemutan,“ kenang Dewi, mantan pasien kanker.
Setahun kemudian, Dewi menemukan benjolan lagi di bekas bedah, dan ternyata “hanya“ tumor jinak. Usai menjalani pemeriksaan tubuh menyeluruh, Dewi harus menjalani ablasi selama 4 hari di ruang isolasi. Di hari pertama, ia minum I-131 diimbangi banyak minum air bening agar cairan radioaktifnya keluar.
“Selama sebulan saya tak boleh bertemu dengan putri sulung saya, Fannya yang saat itu baru berusia 3 tahun, masih dalam masa pertumbuhan, dan dikhawatirkan dapat terpapar radioaktif di tubuh saya yang belum “bersih.“ Jadi, sebulan itu saya mengungsi dulu di rumah ibu.“
Kontrol teratur harus dilakukan. Di dua tahun pertama dilakukan tiga bulan sekali. “Saya merasa beruntung bersuamikan Hartadi Novianto. Ia sangat peduli dan perhatian, mendorong saya melakukan pengecekan kesehatan lebih sering daripada yang disarankan dokter. Misalnya, dua tahun pertama harus kontrol tiga bulan sekali, enam bulan sekali (tahun II), setahun sekali (tahun III – V).“ Pada kasus anaplastik, kontrol mesti dilakukan sebulan sekali sejak awal pasca tindakan.
Kanker tiroid ternyata tak mengganggu kesuburan Dewi. “Saya masih ingin punya anak kedua, dan diminta menunggu lima tahun untuk menjamin bahwa tubuh saya memang telah bersih dari sel kanker. Saat hamil Bintang, konsumsi L-tiroksin saya dua kali lipat. Alhamdulillah, putra saya lahir sehat. Tapi selama menyusui saya merasa produksi ASI sangat sedikit, beda dengan kelahiran Fannya.“
Sejak 2005, Dewi merasa sangat cepat lelah hingga memutuskan berhenti kerja kantoran. Dua tahun kemudian, “Saya ternyata kena kanker payudara, tapi bukan sebaran dari tiroid. Mungkin saya sendiri yang memang rentan kanker, karena dari riwayat keluarga, hanya seorang Budhe saya yang kena kanker payudara.“
Usai pemulihan dari kanker jenis kedua ini, Dewi mematuhi saran dokter untuk tak lagi mengandung. “Bila sudah terkena kanker payudara memaksa hamil itu seperti mendekatkan minyak pada api,“ ujar Dewi mengikuti nasihat sang dokter.
Sadar akan rentan kanker, Dewi pun bergabung dengan Yayasan Kanker Indonesia dan komunitas kanker (pasien, mantan pasien, keluarga, relawan). Cancer Information and Support Center (CISC) sejak 2006. Dewi punya kesempatan berbagi perhatian dan pengetahuan, saling mengingatkan untuk tetap bergaya hidup sehat.
Jauhi pengawet, penyedap, pewarna, pemanis buatan. Menyantap hidangan yang diupayakan betul bebas pencemar, misalnya, ikan laut dalam, sayur buah organik, kalaupun dirasa terlalu mahal, memilih buah berkulit tebal yang mesti dikupas untuk menikmati isinya macam melon, semangka, mangga. Juga mengurangi lemak, dan berolahraga ringan, serta bebas stress!
Lebih mudah dan nyaman bergaya hidup sehat daripada mengobati, ternyata.