Sutiah (65) merupakan salah satu petani buah naga di Desa Sambirejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada Selasa (4/2) lalu, sambil berjalan di antara pohon buah naga miliknya yang ia tanam sejak tahun 2011 — sesekali dia membersihkan buah naga yang masih belum dipanen — dia mengungkapkan, "Panen rayanya sekitar bulan Maret tapi kami sudah melakukan panen sejak pertengahan Januari."
Sutiah merupakan petani buah naga dari 18 kelompok tani yang ada. Dia mengaku awalnya mendapatkan bantuan dari dinas pertanian mulai dari bibit, tiang panjatan, serta obat-obatan pertanian.
"Saya hanya punya seperempat hektare yang dikelola sendiri dengan adik perempuan saya. Kebetulan suami sudah meninggal, jadi saya sendiri yang mengelola," jelas ibu dua anak tersebut.
Sutiah sengaja memilih menggunakan balok kayu yang kuat sebagai tiang panjatan buah naga miliknya. "Tingginya antara 150-200 cm. Ini bagian bawahnya juga diberi tiang agar kuat dan tidak mudah goyah terutama saat berbuah," katanya.
Sutiah mengaku memiliki 432 tiang panjatan, yang masing-masing satu panjatan berisi 4 pohon. "Satu panjatan bisa menghasilkan 15 sampai 25 buah naga merah. Kalau panen biasanya saya memperkerjakan 5 orang. Kalau panen sendiri kan tenaganya nggak kuat," katanya sambil tersenyum.
Sebelum berbuah, Sutiah menjelaskan bahwa dirinya sendiri yang mengawinkan bunga buah naga secara manual. "Biasanya saya lakukan malam hari ketika bunganya benar-benar mengembang. Kalau siang bunganya menguncup. Kalau 432 tiang sangga ini berbunga bersamaan saya melakukan kawin dua kali dalam semalam. Mulai jam 8 malam sampai jam 10 malam sama jam 3 dini hari sampai jam 6 pagi," jelasnya.
"Cara kawinnya gampang, tinggal ambil yang ada putiknya dan diletakkan tepat di tengah bunganya. Harus sedikit ditekan agar nempel. Melakukan pengawinan ini tidak boleh saat hujan. Memang sih, butuh ketelatenan dan pengalaman. Setelah satu bulan dari musim berbunga maka buahnya mulai muncul. Saya juga biasa menggunakan pupuk sebulan sekali dua sak," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Tarmidjan (44). Awalnya dia hanya memiliki seperempat hektare, tetapi saat ini dia sudah menanam buah naga dengan total luas 4 hektare. "Dari 4 hektare itu, tiga perempat milik sendiri, sisanya sewa dan juga bagi hasil. Alhamdulilah hasilnya lumayan," katanya.
Tarmidjan menceritakan setiap hektare ia bisa menghasilkan 30 - 40 ton buah naga merah. "Untuk harganya paling murah Rp 4.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Biasanya kami kirim ke wilayah Surabaya, Jakarta, Bali dan Kalimantan."
Luas lahan pertanian di wilayah Desa Sambirejo yang ditanami buah naga sebanyak 125 hektare dan menghasilkan 3.750 ton buah naga per tahun. Hal tesebut diungkapkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melakukan panen buah naga.
"Hasil panen buah naga di wilayah Kecamatan Bangorejo terutama di Desa Sambirejo meningkat drastis sejak 4 tahun terakhir. Sedangkan di Banyuwangi sendiri luas lahan pertanian buah naga yang siap panen sekitar 678,5 hektare dengan produksi 20.364 ton tahun," jelasnya.
Anas mengungkapkan ke depan akan ada paket wisata dengan berkunjung ke kebun buah naga di Desa Sambirejo. "Jika ada wisatawan yang datang ke sini mereka langsung bisa ikut panen dengan membayar langsung kepada petani. Kan bisa dihargai Rp 7.000 sampai Rp 10.000 per kilo. Biar Desa Sambirejo dikenal sebagai desa buah naganya Banyuwangi," kata Anas.