Anda berkesempatan mengunjungi Banda Aceh? Beberapa destinasi wisata sudah menanti di sana. Di bawah ini adalah beberapa lokasi pilihan. Mulai keelokan matahari terbenam sampai semangat kebangsaan tercermin di sini. Jangan lewatkan menyisihkan waktu untuk tunduk sejenak mengenang bencana alam tsunami yang kini memasuki sepuluh tahun. Ulee Lheue menghadap langsung ke Samudra Hindia, inilah zero point tsunami yang berlangsung hampir sepuluh tahun silam. Kini, kawasan dekat penyeberangan ferry tujuan Balohan, Pulau Weh itu terus berbenah dan menjadi salah satu lokasi favorit untuk menikmati matahari terbenam. Pada sepanjang ruasnya dapat dijumpai pedagang gerobak yang menyajikan bermacam kudapan, antara lain bakso bakar, jagung bakar, mi rebus serta kopi susu. Silakan pesan sajian lalu duduklah di kursi-kursi plastik yang tersedia di tepi laut.
Masjid Baiturrahman keelokan sejati dari bangunan peribadatan kaum muslim ini terlihat siang pun malam. Saat matahari berada di atas kepala, ia tampak perkasa dan kokoh. Ketika malam menjelang, paduan langit gelap serta pendar cahaya membuatnya terlihat elegan, menawan seperti kisah dongeng 1001 Malam. Awalnya, masjid Kesultanan Aceh ini memiliki kubah tunggal, lalu mengalami perluasan sampai menghasilkan tujuh buah kubah.
Tugu Nol Kilometer kita mesti mengarungi lautan sekitar dua jam dari Ulee Lheue di Banda Aceh untuk mencapai monumen penanda wilayah paling barat dari Kepulauan Indonesia yang terletak di Pulau Weh ini. Tetapi sesudah mendarat di pelabuhan Balohan serta meneruskan perjalanan darat sekitar 30 kilometer menuju Gampong Iboih, maka kebanggaan kita sebagai putra bangsa bakal semakin berkobar. Nun jauh di depan tugu ini, dipisahkan oleh lautan, terdapat Pulau Rondo, nusa milik kita yang berada di Laut Andaman dan menghadap ke Kepulauan Andaman dan Nikobar milik India. Untuk mempersiapkan perjalanan berkendaraan Anda ke Sabang, silakan tengok tipsnya di sini. Sementara destinasi pantai terindah di Sabang dapat dilihat di sini.
Museum Kapal PLTD berlokasi di Gampong Punge Blang Cut, tadinya kapal raksasa ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel apung berbobot sekitar 2.600 ton yang terseret sekitar lima kilometer dari tempatnya bersandar. Sosok baru dalam lingkungan kompleks museum itu adalah monumen tsunami dengan ornamen gelombang menggulung sebuah kapal dilengkapi jam dan waktu penanda kejadian yaitu 26 Desember 2004 sekitar pukul delapan pagi. Museum Tsunami berbentuk mirip bahtera bila dipandang sejajar serta menghadirkan ilustrasi pusaran air saat dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Pada bagian tengah menuju pintu masuk, Anda akan mendapati semacam kolam dengan bola-bola beton bertatahkan nama negara-negara penyandang dana pembangunannya. Museum ini befungsi sebagai lokasi wisata edukasi, dengan pemaparan pengenalan gelombang tsunami serta antisipasinya.