Polusi udara yang parah di Beijing membuat ibu kota Cina itu 'nyaris tidak cocok untuk kehidupan manusia', kata sebuah laporan resmi. Laporan tersebut muncul saat negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang mencoba untuk mengurangi level bahaya dari kabut asap yang disebabkan pertumbuhan ekonomi cepat selama beberapa dekade terakhir.
Penelitian yang dirilis Shanghai Academy of Social Sciences pekan ini menempatkan Beijing sebagai kota terburuk kedua dalam hal lingkungan hidup di antara 40 kota besar di seluruh dunia. Kota itu berada di bawah Moskwa, Rusia, yang menempati urutan pertama karena lingkungan alamnya yang keras, yaitu musim dingin yang panjang dan suhu dingin yang ekstrem.
"Polusi Beijing yang parah jauh lebih buruk dari tingkat rata-rata dan kondisi lingkungan masih jauh dari memenuhi standar," demikian kesimpulan studi itu menurut kantor berita milik negara China News Service yang dikutip South China Morning Post. (Baca: Di Cina, Penderita Kanker Paru-paru Meningkat Tajam)
Pencemaran di ibu kota Cina tersebut "mendekati ekstrem" dan membuat kota berpenduduk 20 juta itu "nyaris tidak cocok" untuk kehidupan manusia, demikian temuan akademi Shanghai.
Kabinet Cina, Kamis (13/2), mengumumkan bahwa dana 10 miliar yuan (atau Rp 19,4 triliun) telah disisihkan tahun ini untuk memberi penghargaan bagi kota-kota dan daerah yang membuat kemajuan yang signifikan dalam pengendalian pencemaran udara. Hal itu memperlihatkan bagaimana masalah tersebut telah menjadi prioritas bagi kepemimpinan negara itu. Dana tersebut disiapkan untuk hadiah ketimbang menawarkan subsidi bagi pencegahan dan pengendalian polusi udara di daerah-daerah utama, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan Dewan Negara pada Rabu yang dipimpin Perdana Menteri Li Keqiang. Dikatakan bahwa mengendalikan polutan seperti partikulat di udara harus menjadi tugas utama.
Pernyataan itu mengatakan, konsumsi batubara harus dikontrol, dan penyeruan peningkatan upaya untuk mempromosikan bensin berkualitas tinggi bagi kendaraan, penghematan energi dalam konstruksi, dan penggunaan ketal (boiler) yang ramah lingkungan.
Pemerintah berkeinginan untuk menunjukkan perbaikan yang nyata di udara China yang buruk, yang telah menyebabkan ketidakpuasan di kalangan warganya dan mencoreng citra negara di luar negeri.
Walau industri berpolusi berat punya standar emisi, aturan itu tidak selalu ditegakkan, dan pemerintah daerah masih sering mendukung proyek-proyek yang sarat polusi yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
Secara terpisah, pada Rabu kantor berita resmi Xinhua melaporkan bahwa Pemerintah Kota Beijing mengatakan tahun ini akan menutup 300 pabrik yang melakukan pencemaran dan akhirnya menghentikan secara bertahap beberapa industri guna memulihkan udara kota. Xinhua mengutip sebuah dokumen yang merinci rencana aksi Beijing hingga 2017 untuk membersihkan udara.
Laporan itu mengatakan, pada prinsipnya proyek-proyek energi dan sarat polusi seperti baja dan semen tidak akan disetujui. Xinhua mengatakan daftar proyek industri yang ditunda atau dihentikan akan diterbitkan pada akhir April mendatang.