Pukul 16.15 pada Jumat (14/2), di Jalan Suryakancana, Kota Bogor, deretan motor Harley Davidson menderu dan mengawali pawai, perarakan, dan pergelaran jalanan Pesta Rakyat Bogor Cap Go Meh 2014.Lautan manusia yang diperkirakan lebih dari 50.000 orang berdesakan dan berderet di kiri serta kanan Jalan Suryakancana dan Jalan Siliwangi. Warga yang telah datang sejak pukul 13.00 itu pun bersorak ketika pawai dimulai. Mereka tidak sabar untuk menikmati suguhan pesta rakyat yang bergulir hingga pukul 23.00.Di belakang arak-arakan motor, ada para pengayuh sepeda dari Onthel Community (Oncom); komunitas pedestrian, yakni Koalisi Pejalan Kaki; anggota marching band, paskibra, dan anggota klub senam atau kelompok olahraga.Cuma itu? Tentu tidak. Komunitas Kampung Budaya Sindangbarang pun turun gunung. Sanggar-sanggar tari Sunda juga turut serta. Ada juga Kelompok Kemuning yang menampilkan pawai orang-orangan sawah yang gelisah karena sawah telah hilang (bebegig neangan sawah).Selain itu, ada pawai reog, tari-tari tradisional Sunda, Jawa, Sumatera, dan Indonesia Timur, mobil hias sponsor acara, dan 12 mobil shio. Juga ada perarakan 20 joli, 25 liong, dan 50 barongsai dari paguyuban, wihara, dan kelenteng asal Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, Jakarta, Rembang, dan Semarang.Saat itulah, para pengunjung dari yang keturunan Tionghoa, Arab, hingga bumi putra larut dalam kebahagiaan. Tidak sedikit yang aktif memotret dengan telepon seluler atau kamera saku hingga kamera DSLR, seakan ingin bersaing dengan juru foto profesional dan komunitas.”Ini yang saya tunggu-tunggu, setiap tahun saya pasti datang. Acaranya bagus, sayang kalau enggak dipotret,” kata Hilda Setiawan (35), warga Sukabumi, yang datang bersama suami dan dua anaknya.Bagi-bagi angpaoHilda menyiapkan beberapa angpao atau amplop isi uang yang akan diberikan kepada barongsai atau liong yang melintas. Angpao itu dipegang erat oleh sang anak. Anak yang bungsu duduk di pundak ayahanda. Ketika barongsai atau liong mendekat, si anak melambaikan tangan untuk memberi angpao.Sejumlah toko di Jalan Suryakancana dan Jalan Siliwangi ada yang tutup. Pemilik toko biasanya ikut nongkrong di teras lantai dua, menikmati perarakan yang melintas. Mereka yang ingin memberi angpao mengikatnya pada tali yang tersimpul di ujung tongkat bambu. Seperti umpan, angpao itu diberikan kepada barongsai dan liong yang melintas.Meruyaknya masyarakat yang hadir, bahkan yang mendekati obyek perarakan, membuat petugas dan panitia kewalahan. Di belakang deretan penonton banyak sekali pengasong mainan topeng superhero, barongsai, liong, burung phoenix, dan pernak pernik. Ada juga pengasong makanan-minuman, yakni cakue, bakpao, lumpia, sate kikil, sate kentang, sate ayam, bubur ayam, soto kuning, soto mi, laksa, taoge goreng, es cendol, es doger, es serut, es teh, es kopi, es jeruk, kue bulan, kue keranjang, kue moci, dan masih banyak lagi.Perarakan dimulai dari Wihara Dhanagun (Kelenteng Hok Tek Bio) di Jalan Suryakancana melintasi Jalan Siliwangi dan berakhir di Wihara Buddhasena di Jalan Batutulis. Ruas arteri sepanjang 1,6 kilometer itu ditutup dari pukul 15.00-24.00 untuk Pesta Rakyat Bogor.Ketua Panitia Cap Go Meh 2014 Arifin Himawan mengatakan, Cap Go Meh merupakan perayaan malam kelima belas bulan kesatu kalender China. Di Kota Bogor, Cap Go Meh bukan lagi sekadar ritual atau perayaan komunitas Tionghoa, melainkan telah menjadi festival rakyat lintas budaya dari pelbagai etnis.Usul kegiatan dan kepanitiaan berasal dari masyarakat yang berbeda latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Hal itu untuk menunjukkan bahwa Cap Go Meh telah menjadi pesta rakyat milik semua orang. ”Harapan kami, Bhinneka Tunggal Ika,” kata Arifin.Wali Kota Bogor terpilih Bima Arya Sugiarto datang bersama Wakil Wali Kota Bogor terpilih Usmar Hariman dan rombongan Paguyuban Bogor. Bima amat terkesan karena pesta rakyat yang berakar dari Cap Go Meh terus ramai dan tetap menarik.Bima berjanji mengembangkan dan memopulerkan kegiatan tahunan ini agar lebih bergaung ke seluruh Indonesia dan dunia. (Ambrosius Harto)