Kelestarian Candi Lebih Penting daripada Potensi Pendapatan yang Hilang

By , Minggu, 16 Februari 2014 | 20:45 WIB

PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Magelang, Jawa Tengah dipastikan menanggung potensi kerugian hingga jutaan rupiah per hari, menyusul penutupan kawasan Candi Borobudur setelah Gunung Kelud meletus pada Kamis (13/2) dan mengirimkan abu sampai ke Magelang. Namun, melestarikan candi ini dinyatakan lebih penting."Apalagi peristiwa ini pas akhir pekan, pengunjung biasanya membludak," ujar Kepala Unit TWCB, Bambang Irianto, Minggu (16/2). Rata-rata pengunjung candi ini per hari, sebut dia, adalah 3.000 sampai 4.000 orang per hari.Agen travel yang biasa melayani rute ke candi itu, tambah Bambang, juga sudah menanyakan ke pengelola candi mengenai penutupan kawasan tersebut. Bambang mengatakan penutupan diperkirakan masih akan berlangsung lama karena masa pemulihan pun berlaku larangan bagi wisatawan memasuki kawasan tersebut.Pada masa pemulihan, kata Bambang, wisatawan hanya diperkenankan berada di kawasan candi sampai ke zona 2. Belum memasuki kompleks candi peninggalan wangsa Syailendra. Untuk mengizinkan wisatawan memasuki candi yang berada di zona 1, kata dia, masih butuh koordinasi dengan Balai Konservasi Borobudur."Jadi salah satu tugas kami memberi pengertian kepada pada masyarakat bahwa penutupan dilakukan demi melestarikan candi, serta demi kesehatan masyarakat sendiri," lanjut Bambang. Selain candi Borobudur, penutupan akibat imbas letusan Gunung Kelud juga terjadi di candi Prambanan dan Candi Boko.Abu vulkanik menyelimuti hampir seluruh permukaan candi dengan ketebalan antara 0,5 sampai 3 milimeter. Cagar budaya dunia itu pun lantas ditutupi dengan plastik Terpaulin guna mengurangi guyuran abu yang lebih tebal. Candi akan dibuka kembali setelah dilakukan pembersihan. "Kami tidak menghitung berapa kerugian selama penutupan. Bagi kami pelestarian Candi Borobudur lebih penting yang tidak ternilai harganya," tegas Bambang.