Selain dipengaruhi faktor usia, katarak juga dipengaruhi paparan radiasi sinar ultraviolet yang berlebihan. Indonesia yang berada di daerah tropis dengan sinar mentari berlimpah, penduduknya harus lebih waspada terhadap kemungkinan terkena katarak.
"Pergunakan kacamata secara tepat untuk mencegah paparan ultraviolet yang berlebih," kata dr Darwan M Purba, Direktur Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (JEC) Kedoya, Sabtu (15/2) lalu, di Jakarta.
Katarak menyumbang 70 persen dari total 3,6 juta kasus kebutaan di Indonesia. "Karena itu, katarak harus mendapat perhatian lebih" kata Darwan.
Katarak (endophthalmitis) merupakan infeksi mikroba berupa peradangan berat pada seluruh jaringan intraokular. Infeksi ini biasanya disertai rasa nyeri, kemerahan pada konjungtiva, serta bisa menyebabkan kebutaan. Jumlah penderita katarak di Indonesia terbesar ketiga di dunia, serta urutan pertama untuk kawasan Asia Tenggara.
Menurut dr Setiyo Budi Riyanto, spesialis mata yang juga Direktur Medik JEC Kedoya, katarak paling banyak ditemukan pada orang berusia lanjut, terutama di atas 50 tahun.
Katarak tidak bisa ditangani dengan obat, tetapi harus ditangani melalui operasi. Kacamata hanya berfungsi mengurangi sementara kaburnya penglihatan.
Operasi katarak menggunakan pisau merupakan metode umum untuk memecahkan atau menghilangkan kekeruhan pada lensa. Namun, sejak dua tahun terakhir, RS JEC Kedoya telah melakukan metode operasi tanpa pisau atau bledeless laser cataract surgery dengan keberhasilan nol persen infeksi. "JEC Kedoya telah melakukan 5.455 operasi katarak dari 2012-2014 dan tak ada infeksi pascaoperasi," kata Darwan.
Pada operasi katarak dengan cara lama, kornea dibuka dan dilakukan pembedahan sepanjang 5-7 milimeter. Sementara pada operasi ini hanya membuka 1,4–2,2 milimeter. Dengan demikian, masa penyembuhan jauh lebih cepat.