Setelah Kelud, Kini Giliran Ijen Menyusul?

By , Selasa, 18 Februari 2014 | 09:35 WIB

Gunung Ijen menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan. Pos Pemantau gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso ini mencatat, aktivitas kegempaan vulkanis gunung yang memiliki kawah terbesar di Asia tersebut mengalami peningkatan.

Menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Api Ijen, Bambang Heri Purwanto kepada Kompas.com, Senin (17/2), peningkatan gempa dangkal 9 kali pada 16 Februari 2014. Peningkatan juga terjadi pada suhu Gunung Ijen hingga mencapai 35 hingga 36 derajat celcisu.

Bambang menambahkan, sampai saat ini status Gunung Ijen masih waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan, radius 1 kilometer dari kawah harus streril dari manusia, baik wisatawan maupun penambang belerang.

Menurut pengamatan Bambang, suhu kawah dan aktivitas kegempaan yang masih tinggi sewaktu-waktu bisa mengeluarkan gas beracun. "Kalau penambang biasanya sudah terbiasa dan bisa membaca gejala-gejala alam di Gunung Ijen, tapi untuk wisatawan ini yang membahayakan, dan pihak kami hanya memberikan imbauan," ujar Bambang.

Meski tengah menunjukkan gelagat “aneh”, naiknya aktivitas kegempaan di Gunung Ijen, menurut Bambang, tidak dipengaruhi oleh erupsi Gunung Kelud. Dengan tegas Bambang mengatakan, Kelud sama sekali tidak berpengaruh terhadap peningkatan Ijen.

Status Gunung Ijen turun ke waspada sejak 26 Agustus 2013. Sebelumnya, pada 24 Juli 2914, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, menaikkan status Ijen dari waspada menjadi siaga.