Sebelum jatuh ke tangan Jepang pada bulan November 1941, McArthur dan pasukannya bermarkas di Filipina. Begitu Filipina jatuh ke tangan Jepang, McArthur yang merasa sangat terpukul kemudian melarikan diri ke Australia untuk menyusun pasukan guna melancarkan serangan balasan.
Setelah semua kekuatan tempur tersedia, McArthur pun siap mengambil alih lagi Filipina dari tangan pasukan Jepang sekaligus memenuhi janjinya yang tersohort sebelum meninggalkan Filipina, I shall return.
Namun, tanpa diduga rencana serbuan balasan merebut Filipina kembali itu ternyata menginspirasi Jepang untuk membentuk pilot-pilot berani mati: Kamikaze.
Jepang mulai membalas dengan melancarkan serangan ke kapal-kapal perang Sekutu di pantai Biak. Jepang mengerahkan pesawat tempur yang berpangkalan di Sorong dan Papua Nugini. Serangan udara itu dipimpin oleh Mayor Katsushige Takada.
Ada empat pesawat jenis Kawasaki yang satu per satu terbang dari pangkalan udara Jepang di Sorong, terbang pada ketinggian 2.000 kaki di sore hari yang cukup cerah, melintasi Pulau Numfor.
Dua pesawat Kawasaki yang diterbangkan oleh Mayor Takada sendiri dan Serma Chugo Matsumoto, setelah melancarkan sejumlah serangan memutuskan untuk segera meninggalkan medan tempur. Tapi sejumlah pesawat terbang Sekutu berusaha menghadang.
Pesawat Takada pada saat itu mendapatkan serangan yang cukup parah dari gempuran "keroyokan" itu. Lebih dari 1.000 amunisi dimuntahkan.
Akibatnya, Kawasaki rusak dan akan jatuh juga. Takada, yang menyadari kematiannya tinggal menunggu waktu, lalu memerintahkan observer-nya Motomiya, mengirim telegram ke Sorong—bahwa mereka akan jatuh. Namun perangkat telekomunikasi mereka pun ternyata sudah rusak akibat hantaman peluru.
Karena tak ada pilihan lain, dia pun mengarahkan pesawatnya agar jatuh di geladak Sampson seraya mengambil pistol dan menembak kepalanya.
Melihat komandannya bunuh diri, Motomiya mengambil alih kemudi sehingga ketika Kawasaki jatuh, kapal rusak itu justru menghantam kapal perang musuh. Sebanyak 16 orang dari 25 awak pesawat terjatuh ke laut akibat benturan ini.
Militer AS tidak menduga taktik inilah yang lantas mengilhami Jepang untuk sebuah serangan yang kelak dikenal sebagai kamikaze. Dalam puncak serangan pasukan Kamikaze yang melibatkan ribuan pesawat di Okinawa, April 1945, Sekutu telah kehilangan tak kurang dari 21 kapal perang.