Hari Penyelamatan Beruang Sedunia di Balikpapan

By , Jumat, 21 Februari 2014 | 17:15 WIB
()

Habitat beruang madu (Helarctos malayanus) di Asia Tenggara kian menyempit. Di Indonesia mereka menghuni hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan. Sayangnya, peradaban manusia telah memangkas dan mempersempit arena hidupnya.

Di Kota Balikpapan, beruang madu dimuliakan sebagai lambang kota. Terdapat tujuh beruang madu yang menghuni kandang terbuka (enklosur alami) di Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), Karangjoang, pinggiran Balikpapan. Lokasi tersebut memadukan antara tempat wisata dan pusat pendidikan lingkungan hidup.

Para pengunjung Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup di Balikpapan. Mereka dapat menyaksikan kehidupan para beruang madu di kandang alami dari jembatan kayu yang mengitari sekitar separuh keliling hunian yang didesain untuk beruang madu. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Kandang terbuka itu seluas 1,3 hektare. Pengunjung dapat mengamati kehidupan beruang madu lewat jembatan kayu yang mengeilingi kandang alami tersebut. Mereka, para beruang madu, sebagian besar telah “diselamatkan” sejak sekitar tujuh tahun silam.“Beruang-beruang madu itu berasal dari warga. Mereka dulunya ditemukan dan dipelihara oleh warga,“ ungkap Caecilia Nurimpikanasari, Kepala Divisi Pendidikan Lingkungan Hidup KWPLH. “Tujuan utama KWPLH adalah mengenalkan maskot kota Balikpapan, yaitu beruang madu.”Pada 21 Februari 2014, KWPLH menyelenggarakan acara Hari Penyelamatan Beruang Sedunia di Atrium E-Walk Balikpapan Super Block, Kalimantan Timur. Program ini merupakan kolaborasi antara KWPLH, BOSF, Unit Pelaksana Hutan Lindung Sungai Wain, Kebun Raya Balikpapan. Peringatan ini diselenggarakan secara serentak bersama para pecinta beruang sejagad. Mereka mengajak semua orang mendonasikan uangnya—sedikit ataupun banyak—untuk membantu gerakan bidang penyelamatan beruang di seluruh dunia.

“Gerakan ini dimulai tahun 2007 di Amerika oleh Abel Saenz dan pecinta beruang di sana,” ungkap Caecilia. “Dan, KWPLH memulai gerakan ini pada tahun 2011 lalu.”Belum semua warga Balikpapan, bahkan masyarakat luas, tahu atau paham mengapa kita harus melestarikan satwa ini, demikian hemat Caecilia. Dia berharap acara ini dapat menggugah kesadaran publik tentang pentingnya menjaga kelestarian satwa liar dan habitatnya. “Kita sangatlah bergantung dengan alam sebagai penopang kehidupan kita.”Dalam acara tersebut KWPLH menggelar pameran informasi tentang beruang madu dan habitatnya, penggalangan dana, pentas seni dan musik dari para relawan Kota Balikpapan.Mereka menyuarakan ajakan untuk pentingnya menjaga keberadaan hutan.Mereka juga memberikan apresiasi secara simbolis kepada beberapa pihak yang telah mendukung pendanaan secara aktif untuk gerakan penyelamatan beruang madu di Kalimantan.Caecilia mengajak warga untuk bergabung dengan Komunitas Sahabat Beruang sebagai wadah untuk belajar tentang beruang madu. “Dan yang terutama,” lanjutnya, “adalah menggalang dana publik untuk membantu gerakan penyelamatan beruang madu di Kalimantan.”