Ancaman Formalin di Sekeliling Kita

By , Minggu, 23 Februari 2014 | 10:07 WIB

Para ilmuwan mengatakan, info tentang risiko kesehatan dari bahan kimia yang digunakan dalam kemasan makanan sangat kurang. Padahal salah satu dampak yang ditimbulkan sangatlah serius. Salah satunya kanker.Oleh karenanya, peneliti menyebutkan, penelitian untuk memahami efeknya pada tubuh manusia dan perkembangan embrio dari setidaknya 4.000 bahan kimia yang digunakan pada kemasan, diperlukan.Selain kanker,  kemasan juga memiliki hubungan erat dengan obesitas, diabetes, dan penyakit neurologis. Hal ini diutarakan para ilmuwan seperti Jane Muncke, John Peterson Myers, Martin Scheringer, dan Miquel Porta di Journal of Epidemiologi and Community Health.Terpapar Seumur HidupPeneliti mencatat, bahan kimia seperti formalin (penyebab kanker) banyak digunakan pada bahan  plastik untuk botol soda, peralatan minum dan makan.Zat itu dapat larut ke dalam makanan dan berisiko terpapar dalam tubuh manusia seumur hidup. Hal inilah yang tidak diketahui dan disadari masyarakat."Sedangkan hingga sekarang, ilmu tentang beberapa zat ini masik diperdebatkan dan pembuat kebijakan berjuang untuk memenuhi kebutuhan stakeholder," kata para peneliti.Tak Hanya di Alat MakanDr Ian Musgrave, dosen senior farmakologi di University of Adelaide menyebutkan, masih sulit mengklaim bahwa formaldehida dalam botol plastik bisa menyebabkan kanker. Karena, zat ini biasanya juga sudah terkandung di makanan alami, seperti apel dan air minum kemasan.Ia menambahkan, jika hal itu (klaim dampak formalin) tergesa-gesa dilakukan, tentunya terdengar sangat berlebihan.Masalah LainNamun, Jon Ayres, Profesor Lingkungan dan Kedokteran Respirasi di University of Birmingham mengatakan, masalah ini bisa dijadikan alarm bagi semua orang. Ayres memang tidak menyangkal bahwa "mengkonsumsi" zat berbahaya itu dalam dosis rendah secara prinsip dapat terhindar dari risikonya. Tapi, tiap-tiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap makanan sehat dan racun yang hinggap di tubuhnya. Jadi, meski mereka mendapatkan dosis yang sama (entah rendah atau tinggi), efek yang diterima biaa berbeda-beda.Dr Oliver Jones, dosen di Universitas RMIT di Melbourne, Australia, mengatakan, "Penelitian masih membuktikan bahwa tingkat  lemak, gula, dan garam yang tinggi pada makanan olahan, saat ini masih memberikan dampak kesehatan yang lebih tinggi juga."