Kamp Pengungsi Rakus Air

By , Senin, 24 Februari 2014 | 18:15 WIB

Sebagian besar pengungsi tinggal di kantong kota terbelakang di Yordania, tapi 10 kilometer di timur Mafraq, 150.000 atau lebih orang Suriah telah membuat rumah di Za'atari, kamp pengungsi terbesar kedua di dunia dan sekarang menjadi  pemukiman terbesar keempat di Yordania.

Ini sering muncul di berita sebagai ilustrasi kehancuran korban manusia dari konflik Suriah, tetapi juga menjadi pengingat dari beban tambahan yang menimpa sumber daya air di wilayah itu.

Empat juta liter air sehari dibawa ke kamp oleh 255 kapal tanker, yang memberikan sekitar 40 liter per orang, sementara standar darurat harian  adalah 18-20 liter.

Ini adalah jumlah yang berlebihan, pejabat PBB mengakui, tapi penghuni kamp telah membuat kebiasaan mengatasi sendiri masalah sendiri. Dan, pasokan tambahan diperlukan untuk memastikan ada cukup persediaan untuk meniadakan ketidakseimbangan.

"Ada banyak swastanisasi sumber daya air," kata Palo, yang menempatkan hal ini sebagai kegiatan semi-kriminal ketika beberapa tokoh masyarakat yang kuat memaklumkan kepemilikan sumur umum.

Sekitar 71 persen dari penduduk Za'atari telah memasang toilet mereka sendiri, 8 persen memiliki tangki air mereka sendiri, dan banyak keluarga telah memiliki saluran air sendiri.

Bahkan ada 1.500 mesin cuci pribadi, semuanya terhubung ke keran pasokan air kamp.

Dan itu bukan hanya soal air yang tidak patut: Banyak ruang cuci dan fasilitas sanitasi bersaama lainnya, yang diperlukan untuk mengurangi risiko penyakit, sering dibongkar segera setelah mereka dibangun, dan bagian-bagiannya dijarah untuk penggunaan pribadi.

"Orang-orang melakukan cukup banyak apa yang mereka inginkan," kata Kilian Kleinschmidt, pejabat PBB Jerman yang mengelola Za'atari. "Mereka sudah terhubung dengan listrik dan air, tak tergantung kita akan menyediakannya atau tidak," katanya.

Orang Suriah sering dituduh oleh warga Yordania lokal memiliki sikap angkuh untuk penggunaan air, dan itu bukan sepenuhnya hanya soal biaya.  Banyak pengungsi berasal dari bagian Suriah yang berkelimpahan air sehingga sebagian besar belum membiasakan diri dengan keadaan lingkungan yang lebih serba terbatas soal air di Yordania.

"Mereka tidak sadar untuk hemat air," kata Kleinschmidt, yang mencoba menerapkan dalam sistem meteran air, yang ia harap akan meredakan keluhan penduduk setempat marah akan penerapan penggunaan air gratis bagi pengungsi Suriah.