Tingkat kematian bayi saat lahir mengalami penurunan pesat di Indonesia dalam 20 tahun belakangan.
Laporan Save The Children tentang kematian bayi untuk tahun 2013 yang diluncurkan Selasa (25/02) mengungkapkan kematian saat kelahiran di Indonesia turun dari 390 per 100.000 anak pada tahun 1994 menjadi 228 kematian.
Penurunan sekitar 48% tersebut menempatkan Indonesia masuk dalam 10 besar dengan peringkat pertama Peru yang berhasil mengalami penurunan hingga 65%.
Salah satu penyebab penurunan kematian bayi di tersebut adalah kehadiran tenaga kesehatan yang terlatih saat kelahiran yang mencapai 73% di Indonesia.
Selain itu prakarsa untuk menempatkan bidan di kawasan pedesaan yang diikuti dengan pelatihan bidan juga mendorong penurunan kematian bayi.
Program Imunisasi dan Gizi
Menurut Dr Pancho Kaslam, dari program EMAS -kerja sama pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dalam kelangsungan hidup ibu dan bayi- yang paling berperan sebenarnya adalah program imunisasi dan gizi.
"Kalau untuk bayi dan balita adalah keberhasilan darlam program imunisasi dan gizi. Jadi cakupan untuk kegiatan imunisasi serta peningkatan gizi sudah cukup baik," jelas Dr Kaslam dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Liston Siregar.
Bagaimanapun masih ada tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengurangi kematian bayi secara umum.
"Yang belum turun atau masih menghambat penurunan anak adalah pada neonatus (bayi lahir sampai 28 hari) karena masih tetap pada 19 di angka 1.000 kelahiran ibu."
Pada tingkat global, seperti disebutkan dalam laporan Save The Children, sekitar 1 juta bayi meninggal ketika baru berusia satu hari.
Save The Children mengggambarkan jumlah bayi yang meninggal dalam waktu satu hari setelah melahirkan sebagai 'kriminal'.
Badan ini juga menegaskan sebagian besar kematian tersebut sebenarnya bisa dicegah jika tenaga kesehatan yang terlatih hadir saat kelahiran tersebut.
Bagaimanapun kerja sama pemerintah, masyarakat, dan organisasi nonpemerintah telah mampu menurunkan tingkat kematian bayi di bawah usia lima tahun secara global sekitar 40% lebih, dari 12 juta pada tahun 1990 menjadi 6,9 juta setahun.