Mencecah Kesunyian Bolihutuo

By , Rabu, 26 Februari 2014 | 16:00 WIB
()

“Kalau ke Gorontalo, jangan lupa mampir ke Bolihutuo. Pantainya bagus sekali,” ujar Budi Satria, teman semasa kuliah yang telah menghabiskan sepuluh tahun waktunya di kota Gorontalo, tempatnya bekerja dan kini menetap bersama keluarga.

Pagi itu, perjalanan menuju Bolihutuo dimulai. Setelah bersusah payah menembus jalanan pasar yang disesaki bentor berikut penumpang dengan setumpuk belanjaannya, saya berjumpa dengan danau yang membentang di depan mata. Danau Limboto. Tak lama, karena selanjutnya ia melepaskan kepergian saya ke jalanan lurus diapit persawahan, melaju menuju barat.

Bangunan dermaga mini tambatan perahu dengan warna jingga mencolok ini diresmikan oleh Bupati Boalemo pada 30 Juni 2013.

Setelah naik turun menelusuri perbukitan, berjarak kurang lebih 127 kilometer dari pusat kota Gorontalo, atau berkendara sekitar tiga jam dari sana, tiba juga saya di pantai nan tersohor ini. Truk-truk pengangkut kerakal sedang menuangkan muatannya di tepian jalan transsulawesi, sesaat sebelum mobil berbelok memasuki pesisir berpasir.

Tiba-tiba, saya bagai disekap oleh keheningan yang amat menenangkan. Air jernih berbuih tipis yang menyapu kaki terasa menyegarkan di tengah panasnya hawa Sulawesi. Beberapa kapal bersandar di bibir pantai, di dekat sebuah dermaga mini tambatan perahu yang pelatarannya bisa digunakan pengunjung untuk memandang laut dari tempat yang lumayan tinggi.

Siang itu, pantai ini sepi. Di sepanjang tepian jalan kecil yang menjajari pantai, gazebo berleret rapi di tepiannya. Di kejauhan, dua orang beranjak menggunakan motor setelah usai bersantap siang. Beberapa rumah makan mengelilingi pantai wisata, yang dinaungi oleh dedaunan nyiur. Selain sebutan Bolihutuo, pantai yang terletak di Kabupaten Boalemo ini juga dikenal dengan nama Pantai Boalemo Indah, seindah paduan pasir putih, laut biru, dan hijau nyiur yang melambai-lambai di sepanjang pantainya.