Selain Kayu Baru, Kayu Limbah Juga Dimanfaatkan

By , Kamis, 27 Februari 2014 | 13:22 WIB

Bagi penduduk Kota Semarang, Jawa Tengah, jika ingin mencari kayu dengan harga lumayan terjangkau  untuk pembuatan rangka plafon rumah atau furnitur ada tempat yang bisa disambangi, yaitu Lamper Tengah. Di situ, orang bisa membeli kayu maupun furnitur dari kayu.

Sentra penjual dan perajin kayu di Lamper Tengah, Semarang ini telah ada sejak 1995. Di gang sepanjang kurang lebih 1 kilometer tersebut, tersebar sekitar 15 kios penjual dan perajin kayu.

Anisa, salah satu penjual bahan baku kayu dan perajin furnitur di Lamper Tengah, Semarang, Jateng bercerita, ia biasa membeli langsung kayu dari pabrik kayu. Tetapi tidak jarang, menurut Anisa, pabrik kayu tersebut juga menjual kayu-kayu limbah.

Anisa mengaku telah memiliki pabrik kayu langganan, sehingga saat ada limbah pabrik, ia langsung dikabari. Biasanya ia membeli kayu per truk. Harganya, tentu saja tidak sama. "Harganya beda tergantung jenisnya," ujar Anisa.

Anisa lebih banyak membuat peralatan rumah tangga, kantor dan sekolah, dibanding dengan menjual kayu langsung. Ia dibantu dua orang karyawan setiap hari menerima pesanan untuk pembuatan  meja komputer, lemari, kursi, kitchen set, rak sepatu, rak telepon, jemuran handuk, meja TV, dan lain-lain.

Sementara untuk penjualan kayu langsung, konsumen Anisa juga lebih banyak dari sekolah. Kayu yang dibeli kebanyakan kayu lunak yang akan dijadikan sebagai alat ketrampilan menjelang ujian semester. "Biasanya pembeli untuk ketrampilan anak sekolah rame pada bulan September untuk semester satu dan bulan Februari untuk semester dua," jelasnya.

Senada dengan Anisa, Eko Purwanto, pedagang kayu di sentra ini menjelaskan, ia juga sering mendapatkan pasokan kayu dari limbah pabrik. Namun, ia membeli berbagai jenis kayu dalam ukuran meter kubik dan ia mengambil sendiri ke pabrik kayu.

Walaupun ada pengawasan ketat soal transportasi kayu, ia mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mendatangkan bahan baku kayu. Alasannya, karena sudah memiliki pabrik langganan. "Hanya saja, kalau kita lagi butuh barang jenis tertentu di pabrik belum tentu ada," ujar Eko. Ia selalu menyetok barang jika limbah pabrik banyak. Soalnya, kayu limbah tidak selalu ada.

Di kios berukuran 5x8 meter, Eko menjual 20 jenis kayu yang dibanderol dengan harga yang berbeda-beda tergantung jenis dan ukurannya, mulai dari Rp5.000 hingga Rp200.000 per batang.

Eko mengaku konsumennya tidak hanya dari kota Semarang saja, tapi juga dari luar. Ia bilang, pembeli yang datang kebanyakan untuk proyek pembuatan rumah seperti pembuatan plafon, lantai rumah kayu, kayu jendela, dan lain-lain.