“Beriberi! Beriberi!” (“Saya tak dapat, saya tak dapat!”) seru pasien yang dipanggil ke bilik dokter dalam bahasa Sinhalese di Srilanka. Pada krisis pangan abad ke-19, banyak penduduk menderita penurunan koordinasi otot syaraf tangan dan kaki hingga tak bisa digerakkan. Pada 1898 baru diketahui bahwa ini akibat kekurangan zat gizi yang lalu dikenal sebagai Vitamin B1.
Dibandingkan zat gizi lain, vitamin memang dikenali paling akhir. Sebelumnya, manusia hanya mengenal, bahwa radang sudut mulut (scurvy) bisa dicegah dengan makan buah dan sayuran hijau, atau buta senja bisa disembuhkan dengan menyantap hati.
Christian Eijkman yang menemui kasus serupa di Hindia Belanda pada 1890 di Hindia Belanda menemukan, bahwa aleuron (selaput luar beras) mengandung zat yang dapat mencegah dan menyembuhkan beriberi.
Casimir Funk, ahli biokimia Polandia dalam buku The Etiology of Deficiency Diseases (1912) mengusulkan nama vital amine untuk zat aktif itu. Vital berarti penting bagi kehidupan, sedang faktor antiberiberi yang diduga berperan itu adalah suatu ikatan amine (satuan nitrogen ).
Pada 1920, Drummond mengusulkan penggantian istilah jadi vitamin karena zat antifaktor itu tak selalu dalam ikatan amine. Juga agar jenis-jenis vitamin diberi tata nama menurut abjad.
Ketika kemudian susunan kimianya diketahui, tiap vitamin juga disebut sesuai nama kimianya. Misalnya, vitamin A (retinol), vitamin C (asam askorbat). Penelitian lebih lanjut terhadap ciri khas, sifat dan fungsinya kemudian mendapati vitamin dalam dua kelompok, larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan larut dalam air (vitamin B, C).
Dari segeri penyerapan, vitamin terbagi dalam dua kelompok – vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B, C).
Ciri khas vitamin larut air umumnya tak punya provitamin, harus ada dalam makanan sehari-hari, diserap lewat vena porta, diedarkan darah, gejala kekurangan kerap terjadi cepat, kelebihan konsumsi disimpan amat sedikit, dikeluarkan lewat air seni, bersifat racun hanya pada dosis tinggi (lebih dari 10 kali Angka Kecukupan Gizi/AKG).
Vitamin larut lemak juga larut dalam pelarut lemak, punya provitamin, sumber tak selalu dari makanan sehari-hari, diserap lewat sistem limfe, gejala kekurangan terjadi lambat, kelebihan konsumsi disimpan dalam lemak tubuh hingga tak perlu dikonsumsi tiap hari, dikeluarkan sedikit lewat empedu, beberapa jenis bersifat racun pada jumlah cukup rendah (6—10 kali AKG).
Jadi, vitamin adalah zat organik rumit penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah amat sedikit tapi penting dan umumnya harus didapat dari makanan karena tak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh. Dalam susunan zat gizi, vitamin termasuk zat pengatur pertumbuhan dan pemelihara kehidupan. Tiap jenis vitamin punya tugas khusus dan bekerja sama dengan zat gizi lain a.l. mineral (kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, potasium, selenium, sodium, sulfur, dll) dan protein untuk memperlancar pertukaran zat (metabolisme), pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh.
Lewat penelitian, para ahli telah menyusun patokan seberapa banyak vitamin dan zat gizi lainnya dibutuhkan tubuh agar sehat. Biasa dikenal dengan Recommended Daily Diet Allowance (RDA) atau angka kecukupan gizi (AKG), dinyatakan dalam satuan international unit (IU) atau retinol equivalent (RE), tochopherol equivalent (TE), serta miligram (mg) atau microgram (mcg).
Kebutuhan vitamin bisa tercukupi dari menu sehat dengan sumber zat gizi (karbohidrat, protein, buah, sayur, lemak, mineral) yang beragam dan seimbang. Contoh, sarapan semangkuk sereal tak hanya menyumbang vitamin D, tapi juga beragam vitamin dan mineral lain plus serat yang menunjang sistem kesehatan dan energi dari karbohidrat. Sementara kalau hanya menelan pil vitamin D, kita takkan dapat energi, serat dan hanya satu vitamin.
Yang perlu diperhatikan, vitamin larut air mudah rusak dalam pengolahan, tapi bisa dicegah dengan pemasakan bersuhu tak terlalu tinggi, tak terlalu lama dengan air pemasak sesedikit mungkin. Sementara vitamin larut minyak mudah rusak oleh oksidasi (jadi tengik). Jadi, buah dan sayur, misalnya, lebih baik disantap dalam keadaan segar.
Vitamin bisa membantu mencegah dan menyembuhkan penyakit, ya! Sejumlah produsen suplemen vitamin bahkan “memanfaatkannya” sebagai penggenjot energi. Nyatanya, pil vitamin tak berisi energi, sebab energi hanya datang dari makanan bersumber karbohidrat seperti beras, roti dan kentang.
Suplemen vitamin mungkin hanya perlu pada masa tak sehat ketika selera makan sedang buruk, anak-anak pada masa hanya senang ngemil dan makan seenaknya, atau jika pertumbuhan mereka tak pesat sesuai tingkatan umurnya. Asupan suplemen vitamin mungkin punya kekuatan, kita merasa lebih baik ketika menelannya.