Nuansa Karya Art Deco dan Semangat Egaliter

By , Sabtu, 1 Maret 2014 | 21:33 WIB

Restorasi De Driekleur, yang merupakan sebuah gedung tua di Kota Bandung, Jawa Barat, dilatarbelakangi benang merah antara sang bangunan dengan filosofi BTPN yang ingin berguna melayani, merangkul masyarakat di sekitarnya. 

Tampilan luar Gedung "De Driekleur", yang didesain tahun 1938 oleh A. F. Albers

"De Driekleur bergaya arsitektur Art Deco yang semangatnya menghindari kekuasaan berlebihan, egaliter, dan maju bersama-sama. Dengan demikian bangunan ini dipercayai memiliki visi dan misi yang sama dengan fokus BTPN Sinaya," ungkap Wakil Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana, pada acara peresmian, pekan lalu, Jumat (28/2). "BTPN merupakan satu dari sedikit bank yang memiliki misi untuk melayani dan memberdayakan segmen mass market, terdiri dari pensiunan, usaha mikro dan kecil, serta berbagai komunitas produktif yang belum sampai taraf sejahtera."

De Driekleur dibangun selesai pada 1938 dan merupakan buah rancang Albert Frederik Albers, seorang anak muda Belanda yang terinspirasi dengan desain Art Deco. Albers merancang pula Hotel Savoy Homann Bandung.

Di balik aliran Art Deco yang muncul setelah PD I, adalah gerakan untuk mendobrak feodalisme. Maka antara lain ciri arsitektur Art Deco yaitu minimalis-fungsional dan kaya warna.

Budi Lim, arsitek yang memimpin restorasi, berujar bahwa dari sisi arsitektural, setiap bagian dari bangunan De Driekleur ini tak hanya mementingkan desain semata, melainkan juga fungsional.

Dilihat dari lekukan-lekukan di bagian samping bangunan, memberi gambaran kebebasan dan kesatuan dengan alam sekitar.

Taman dan selasar di dalam De Driekleur. Diperkirakan dahulu selasar ini tidak memiliki tembok di bagian dalamnya. Hal tersebut mungkin dimaksudkan membuat bangunan lebih menyatu dengan alam. Kondisi terakhir prarestorasi, terdapat sekat antara taman dan selasar. Saat ini, sekat dihilangkan dan diganti partisi kaca.

"Buat saya bangunan ini spesial. Art Deco yang sangat baik. Bangunan Art Deco mencerminkan nilai-nilai modern sekarang. Kita harus tangkap bagaimana spirit Art Deco itu: hidup bersama, maju bersama, keterbukaan. Spirit yang melandasi tersebut yang sangat penting," papar Budi.

"Sementara seluruh artwork sebagai komplementer di gedung ini temanya adalah Belajar untuk Berkembang," tambahnya. Sambil berkeliling, ia juga menjelaskan bangunan ini harus 'bernapas'. Sebab itu digunakan kembali cat kapur, seperti aslinya. Sedangkan lantai mempergunakan tegel bermaterial granite tile, replikasi tegel asli di lantai 2 yang keindahan motif dan warnanya tetap dijaga sampai saat ini.

"Inilah hadiah untuk Kota Bandung. Keindahan karya Albers—bukan karya saya. Saya hanya dokter yang bantu menyembuhkannya," kata Budi Lim.