Selain tentang alam yang indah, bicara Yunani juga senantiasa tentang kebudayaan. Kebudayaan Yunani (Hellenisme) merupakan akar peradaban Eropa modern. Para filsuf kuno: Sokrates, Plato, Aristoteles— berasal dari Yunani. Kebudayaan Yunani Kuno berkembang maju pada sekitar abad 6 SM.
Duta Besar Yunani untuk Indonesia Georgios Veis, mengatakan, bagi bangsa Yunani kebudayaan adalah sebuah pilar. “Bangsa Yunani menghargai serta menjaga masa lalu sebagai harmoni semesta dan keindahan.”
Yunani juga dikenal dengan dewa-dewanya—Hermes, Poseidon, Apollo, dan Aphrodite. Ini diungkapnya dalam satu forum, pada Senin (24/2) lalu, di kediamannya yang artistik, dengan dihiasi berbagai lukisan dan patung kepala dewa-dewi Yunani.
“Tanah para dewa dan filsuf, demikian sebutannya,” kata Dubes Veis.
Orang Yunani Kuno memuja banyak dewa atau menganut politeisme. Dewa itu dianggap seperti manusia dan mempunyai sifat seperti manusia juga, tetapi lebih besar, lebih indah, dan tidak mati. Para dewa tersebut bersemayam di bukit Olympus dibawah pimpinan Dewa Zeus.
Kepercayaan itu kemudian direfleksikan dalam kesenian. Maka, tidak mengherankan kesenian Yunani pada umumnya bersifat realis dan mengusung ide harmonisasi antara manusia - Tuhan (Semesta). Itulah, tutur Dubes Veis, yang dalam wujud dewa Yunani.
Dalam hal ini, ia melanjutkan, Yunani punya kesamaan dengan bangsa Indonesia yang juga menganut ide yang sama mengenai budaya untuk keseimbangan (harmoni) hidup dengan alam. Misalnya, di Bali.
Yunani memiliki pulau-pulau kecil yang menyimpan keunikan untuk dijelajahi, baik penikmat wisata alam maupun wisata sejarah.
Sederetan destinasi pilihan NG Traveler di Yunani antara lain Crete Island, Delphi, Zakynthos, Skiathos, dan Karpathos, juga Meteora yang merupakan salah satu kompleks biara Ortodoks Timur terbesar dan paling penting di Yunani, Athena yang merupakan tuan rumah Olimpiade modern pertama, lantas “The Queen of Greece” alias Santorini.