Seperti memacu kendaraan melewati batas yang ditentukan, melanggar marka atau batas jalan, dan yang terparah mengemudi dalam kondisi mabuk. Hal-hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan. Pabrikan-pabrikan pun memasangkan berbagai perlindungan mulai dari perlindungan pasif seperti rangka bodi yang kokoh, safety belt, dan airbag hingga perlindungan aktif yang membantu pengemudi seperti Anti-lock Braking Systems (ABS), Active City Stop, dan Electronic Stability Control (ESC), dan lainnya. Sebuah investigasi dari Monash University Accident Research Centre pun membahas sudut pandang yang unik dalam melihat sebuah kecelakaan. Hasil investigasi yang dilakukan pada 2007 tersebut membahas keterkaitan warna kendaraan dengan besarnya risiko kecelakaan.
Dalam penelitian tersebut disebutkan warna putih merupakan warna kendaraan yang paling jarang mengalami kecelakaan. Sedangkan beberapa warna lain seperti hitam, biru, hijau, abu-abu, justru memiliki risiko kecelakaan lebih tinggi, terlebih pada waktu malam hari. Meski penelitian sejenis belum dilakukan di Indonesia, namun kami tergelitik untuk mengetahui sejauh mana kepekaan mata manusia akan warna bisa berpengaruh terhadap daya pandang. Kami pun menyambangi Dr. Referano Agustiawan, SpM. Ia adalah subspesialis retina di RS. Jakarta Eye Centre. "Penglihatan manusia dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni ketajaman penglihatan, warna, lapang pandang, dan stereoskopis," ujar Dr. Referano. Dijelaskannya warna memang salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan manusia. Namun faktor-faktor lain menurutnya juga bisa mempengaruhi penglihatan lebih parah daripada sekadar warna. Mata manusia menurutnya bisa melihat warna dalam rentang gelombang 400-700 nm (nanometer). Sejatinya semua warna terdapat dalam rentang tersebut. Warna-warna yang memiliki panjang gelombang lebih tinggi ternyata lebih mudah terlihat oleh mata manusia.
Merah contohnya, warna ini memiliki panjang gelombang mulai dari 650 nm. Itu pula mengapa warna-warna tanda-tanda penting di jalan raya berwarna merah. Seperti lampu merah pada lampu lalu-lintas, juga lampu pengereman. Lalu tanda-tanda larangan pun berwarna demikian. Warna kuning, memiliki panjang gelombang mulai dari 570 nm, sedangkan oranye memiliki panjang gelombang lebih tinggi dari kuning. Karenanya lampu darurat dan sein pada kendaraan pun diberi warna kuning hingga oranye. Sedangkan warna biru, memiliki panjang gelombang mulai dari 400-475 nm. Lalu mengapa putih bisa menjadi warna kendaraan yang paling jarang mengalami kecelakaan berdasarkan data penelitian Monash tersebut.
Putih merupakan kombinasi seluruh gelombang cahaya yang hadir dalam suatu objek. Karenanya mata manusia dapat menangkap pergerakan benda dengan warna putih dengan mudah. Sebaliknya hitam sejatinya bukanlah digolongkan sebagai warna dalam panjang gelombang yang dapat ditangkap manusia, hitam merupakan kondisi dimana tidak adanya cahaya yang hadir di objek tersebut. Pada kenyataannya, sportscar seperti Lamborghini, Ferrari kerap menggunakan warna-warna dengan gelombang yang panjang seperti kuning dan merah. Ternyata warna-warna seperti itulah yang akhirnya lebih mudah menarik perhatian mata manusia.
Perhatian! Warna mobil apa yang Anda pilih tak akan menjadi jaminan bahwa Anda akan selamat selama berkendara. Namun kewaspadaan dan menjaga pandangan serta pengendaraan selama berkendara dapat menjaga Anda dari kecelakaan.