Pembuat film dan badan pariwisata memegang andil besar dalam pemasaran destinasi saat ini. Sebab, latar mendorong wisatawan mengeksplor tempat baru, demikian disampaikan oleh Chief Marketing Officer Wego, Joachim Holte, dalam siaran pers yang diterima hari Kamis (6/3).
Menurut dia, dua sektor tersebut ikut meramaikan industri pariwisata yang sedang tumbuh dengan pesat saat ini. "Zaman sekarang, wisatawan cenderung senang liburan untuk mencari inspirasi dan pengalaman unik. Mereka juga mengejar destinasi baru yang mewakili imajinasi mereka," ujar Holte.
"Tampaknya, sisi positif dari film —bahwa ia bisa menggairahkan dan mempromosikan objek wisata— sudah mulai dikenali. Dampaknya terlihat juga dari semakin banyaknya wisatawan yang senang mencari destinasi yang tak biasa dan mencoba pengalaman wisata yang benar-benar baru."
"Latar film dan tayangan televisi sangat menular. Wisatawan biasanya jadi tak sabar untuk berlibur ke lokasi tempat film dibuat," lanjut Holte. "Tren ini sudah kelihatan beberapa waktu lalu, saat kami menggelar survei untuk wisatawan Australia. Para wisatawan tersebut mengatakan bahwa New York dan Eropa merupakan destinasi impian mereka di Hari Natal. Jelas bahwa mereka terinspirasi oleh film-film klasik yang tayang menjelang libur Natal. Yang juga cocok dijadikan contoh adalah Selandia Baru. Berkat film trilogi The Lord of the Rings serta Hobbit, lanskap alamnya mendadak terkenal."
"Tren baru ini lebih dari sekadar popularitas yang muncul setelah Leonardo DiCaprio selfie di pasir Phi Phi Island," kata Holte. "Film sungguh mampu mendekatkan suatu destinasi dengan penonton secara emosional. Termasuk memberi pemahaman tentang sejarah dan budaya suatu negara. Ini jauh lebih efektif ketimbang membuat kampanye tunggal untuk pemasaran destinasi."
"Saat ini, keterhubungan budaya dan sosial secara daring sudah bertambah mudah. Itu sebabnya film berpeluang besar jadi alat pemasaran bagi badan pariwisata," imbuh Holte. "Wisatawan zaman sekarang suka menganggap dirinya penjelajah. Mereka pun lebih maju lagi dalam hal penggalian destinasi dan secara emosional mudah terhubung dengan destinasi yang tampil di layar lebar."
Braveheart sukses mendongkrak kunjungan wisata ke Skotlandia hingga 300 persen, 12 bulan setelah film tersebut tayang di layar lebar. Tayangan televisi juga punya peranan vital sendiri. Salah satu fenomena paling baru adalah naiknya angka kunjungan wisatawan ke Albuquerque, New Mexico, setelah lokasi tersebut menjadi latar dalam film seri Breaking Bad.
Untuk skala negara, salah satu yang diuntungkan setelah lanskapnya menjadi latar film adalah Islandia. Negeri Es tersebut sukses memonopoli peluang memasarkan alamnya yang spektakuler lewat film The Secret Life of Walter Mitty.
Langkah serupa ditempuh Singapore Tourism Board, yang menginvestasikan dana sebesar 6,3 juta dollar AS untuk skema Film in Singapore. Skema ini mensubsidi produsen film internasional hingga 50 persen.
Dan, tahun lalu, Kementerian Pariwisata India meluncurkan kampanye ”Land of Pi” yang setema dengan film arahan Ang Lee, Life of Pi. Di Filipina, Senator Grace Poe turut mendorong adanya undang-undang untuk pendanaan dan dukungan lebih bagi promosi film pariwisata di Filipina.
Di sisi lain, Indonesia pun menjadi sorotan para sutradara dari Hollywood setelah sukses menyedot kunjungan ke Bali setelah Eat, Pray, Love. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu berupaya keras mengundang semakin banyak pembuat film besar ke Indonesia. Hasilnya positif.
Sutradara peraih Academy Award Michael Mann (yang telah membesut Miami Vice, Public Enemy, Last of the Mohicans) jadi salah satu penggemar besar Indonesia. Sutradara tersebut baru selesai memfilmkan CYBER di Ibu Kota Jakarta. Rencananya film tersebut tayang perdana pada 2015.
Kepada Wall Street Journal, Mann mengatakan ia sangat menyukai Jakarta. Sampai-sampai ia menulis ulang CYBER yang dibintangi oleh Chris Hemsworth itu untuk menyesuaikan dengan latar Jakarta.
"Film yang berlatar objek wisata akan terus tumbuh di Asia," ujar Holte. "Para pakar menyebutkan bahwa wisatawan Asia merupakan turis film terbesar di dunia. Saat ini terbang dengan maskapai bujet sudah semakin ekonomis dan wisatawan juga dimudahkan dengan booking secara daring. Jadi, dapat diasumsikan bahwa penggemar film di Cina, Taiwan, Thailand, dan Korea Selatan akan lebih sering mengejar destinasi-destinasi yang menjadi latar di film."