Kata Psikolog, Tersangka Pembunuh Ade Sara Tunjukkan Gejala Psikopat

By , Sabtu, 8 Maret 2014 | 08:25 WIB

Tersangka pembunuh mahasiswi Universitas Bunda Mulia, Ade Sara Angelina, mengucapkan bela sungkawa di jejaring sosial bahkan melayat korban di RSCM. Tindakan itu dinilai menunjukkan gejala psikopat, kata seorang psikolog. 

Ade Sara Angelina, 19, ditemukan warga di tol Bekasi pada Rabu (05/03) dini hari dalam kondisi meninggal dunia. 

Investigasi mengarahkan kecurigaan polisi kepada Hafidt, 19, yang merupakan mantan pacarnya. 

Pada hari Kamis, jenazah disemayamkan di Rumah Duka RSCM. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Rikwanto mengatakan Hafidt ditangkap saat melayat jenazah. 

Berdasarkan keterangan dari Hafidt, diketahui ternyata ia dibantu oleh pacarnya, Assyifa yang juga berusia 19 tahun. 

Pasangan kekasih yang telah ditahan Polda Metro Jaya ini, menulis pesan duka cita di Twitter dan Path. Pelaku dan korban saling mengenal karena ketiganya bersekolah di SMA yang sama. 

"...Semoga diterima disisi nya ya Tuhan, maafkan kesalahan..." tulis Hafidt pada 5 Maret. Assyifa juga me-retweet ucapan bela sungkawa teman-temannya dan menulis ingin ikut melayat korban.

Psikolog klinis dari Fakultas Psikologi UI Winarini Wilman mengatakan tindakan itu menunjukkan adanya kecenderungan tersangka mengalami gangguan kepribadian yang disebut dengan psikopat

"Orang-orang yang didiagnosa dengan ini tidak peduli dengan orang lain, tidak merasa bersalah, tidak menyesal dan pathological liar [pembohong patologis] jadi bisa berbohong dengan pintar sekali," kata Winarini. "Sikap patologis ini membuat orang tidak menduga jika mereka melakukan kejahatan." 

Charming psychopath

Di jejaring media sosial, teman-teman korban yang sebagian besar juga mengenal kedua tersangka menumpahkan caci maki mereka. 

Seorang teman korban bahkan mempublikasikan foto dari percakapan di aplikasi pesan instan Line dengan tersangka Hafidt. Dalam percakapan itu, Hafidt mengutarakan sumpah serapah terhadap "pembunuh Sara." "Bagus banget akting lo, Fit," tulis teman korban tersebut.  

Menurut Winarini, tindakan tersangka adalah tipikal dari apa yang ia sebut sebagai charming psychopath atau psikopat yang menarik. "Ada istilah untuk orang-orang seperti itu yaitu charming psychopath, karena mereka memang charming kalau bergaul sehingga orang suka padahal mereka sangat mementingkan diri sendiri, tidak pernah merasa bersalah atau menyesal kalau melakukan kesalahan," tambahnya.

Ia mengatakan kepastian mengenai kondisi kejiwaan tersangka harus dievaluasi oleh psikolog sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang mendorong mereka melakukan pembunuhan. "Terkadang hal itu juga bisa terjadi jika tidak cukup pendidikan moral atau kurang pendidikan tentang nilai-nilai di rumah dan sekolah dan tidak ada contoh contoh yang patut diteladani," tutup Winarini.