Bagi orang-orang Tatar di Krimea, Qırımtatar), sejarah bukan hanya sesuatu yang ada di buku, melainkan terpendam di kehidupan sehari-hari — karena hal itu seperti pelajaran pahit yang membimbing sekaligus menyakitkan.
Di ingatan orang-orang tua Tatar Krimea masih membekas, deportasi yang terjadi pada 1944 oleh Pemerintah Soviet di era kepemimpinan Joseph Stalin.
Hampir setengah dari total 200.000 populasi penduduk Tatar—pria, wanita, dan anak-anak tanpa terkecuali, yang diangkut ke pengasingan dengan mobil ternak mati dalam perjalanan atau segera sesaat tiba di wilayah pegunungan Ural, Siberia, Asia Tengah. Juga mereka sempat bergulat dengan paksaan migrasi dan genosida.
Pembuangan dari tanah kelahiran adalah hukuman bagi bangsa mereka, yang diduga melakukan "kolaborasi besar" dengan Nazi yang tatkala itu telah menduduki semenanjung.
Mereka, beserta anak-cucu, pada akhirnya telah dapat kembali dari pengasingan sejak 20 tahun terakhir. Dan kini, mereka masih hidup dengan trauma itu —meski mengaku ingin hidup damai— sehingga mereka jelas enggan untuk berada lagi di bawah kendali Moskow.
Di Krimea ada kurang lebih 300 ribu Muslim Tatar atau sekitar 12-15 persen dari total populasi. (Baca lagi: Pilihan Krimea "Pulang ke Rumah" )
Kekuasaan Tatar
Padahal dahulu, orang Tatar-lah penguasa di area tersebut. Tatar Krimea berperan dalam membuat semenanjung ini sebagai salah satu pusat Islam. Sejarah mereka dengan Rusia —dari hubungan dagang dan kerja sama, perkawinan dan persilangan budaya, dan kadangkala ketidakpercayaan— mengalami tarik-ulur selama berabad-abad.
Kelompok etnis kuno ini pertama muncul di peta pada sekitar 1241, kata Eric Lohr, pakar sejarah budaya Rusia dari American University, Washington-AS. Saat itu Batu Khan, keturunan dari Jenghis Khan, menaklukkan wilayah tersebut dan menjadikannya bagian strategis dari Kekaisaran Mongol serta pusat kejayaan Moskow. Mereka berbicara dengan bahasa Tatar Krimea.
Pada abad ke-15, kelompok dominan yang mendiami wilayah—ialah Khanat Krimea yang merupakan rakyat yang tersisa dari Kekaisaran Mongol dan merupakan sebagai bangsa penutur bahasa Turki terpanjang dalam sejarah dunia— jatuh ke genggaman Kekaisaran Ottoman di akhir abad.
Mereka pun dikenal sebagai pedagang budak. Ottoman menginginkan budak, dan bangsa Tatar menyediakannya, dari stepa-stepa di penjuru Ukraina dan Rusia bagian selatan.