Sejak mula, manusia tak henti untuk berupaya memahami bagaimana otak bekerja.
CEO Brain Behavior Research Foundation, Jeffrey Borenstein, mengatakan, dalam hal penelitian otak, kita sudah cukup jauh lebih maju dari pemahaman nenek moyang—yang percaya gangguan mental dikarenakan kerasukan roh jahat atau sihir, dan melakukan prosedur kraniotomi primitif untuk menangani cedera kepala.
"Faktanya, perawatan dan pengobatan gangguan mental merupakan salah satu isu hak asasi terbesar pada saat ini. Banyak penderita gangguan mental harus kena diskriminasi. Acapkali karena kurangnya pemahaman bahwa penyakit kejiwaan sebenarnya biologis, sama seperti kanker dan penyakit jantung. Prasangka juga tetap merasuk, menghambat kemajuan," tulis Borenstein dalam artikel "Expert Voices" di Live Science (15/3).
Tapi sekarang masyarakat kita sudah menyadari bahwa gangguan mental menimpa satu dari empat orang. Prevalensi dari kasus-kasus seperti attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan spektrum autistik, yang perlahan-lahan menumbuhkan kesadaran itu.
Kata Borenstein, ada optimisme bahwa isu stigma seputar gangguan kejiwaan tersebut akan segera terpatahkan.
"Bidang penelitian otak telah memasuki masa keemasan. Saat ini, peluang luar biasa besar terbuka untuk memahami otak manusia dan menyembuhkan penyakit mental," paparnya lagi.
Baca juga: Menjelajahi Otak Manusia
Beberapa terobosan di bidang sains, misalnya, mengidentifikasi penyebab depresi sampai cara-cara pengobatan bagi penderita.
Antara lain, pada tahun lalu, ilmuwan-ilmuwan di Stanford University mengembangkan teknologi bernama CLARITY (Clear Lipid-exchanged Acrylamide-hybridized Rigid Imaging/Immunostaining/In situ hybridization-compatible Tissue-hYdrogel).
CLARITY membantu menyediakan gambar otak tiga dimensi dan menawarkan suatu kapasitas lebih dalam mengetahui struktur dan fungsi otak.
Melalui gambaran besar serta gambar detail, kita bisa mendapatkan pencerahan tentang otak manusia, hingga apa yang mendasari gangguan kejiwaan.