Setelah 1.500 Tahun, Lumut Antartika Ini Kembali "Dihidupkan"

By , Selasa, 18 Maret 2014 | 13:36 WIB

Ilmuwan asal Inggris sukses menghidupkan kembali lumut di Antartika yang telah "mati" selama 1.500 tahun.

Sebelumnya, ilmuwan memang telah berhasil "menghidupkan" kembali bakteri berumur sama di Antartika. Namun, keberhasilan ini menandai kesuksesan pertama "menghidupkan" tumbuhan.

Ilmuwan senang sekaligus terkejut dengan keberhasilan ini. Mereka memublikasikan kesuksesan studinya di jurnal Current Biology.

Tumpukan lumut tua menjadi keindahan wilayah Antartika, terbentuk sejak ribuan tahun lampau. Lumut itu bersemi saat musim panas.

Tumpukan lumut tertua berusia sekitar 5.000 tahun. Bagi ilmuwan, lumut itu berguna karena mampu menguak tabir misteri iklim di masa lampau.

Sebelumnya, ilmuwan pernah mencoba "menghidupkan" kembali lumut yang beku. Namun, mereka saat itu baru berhasil mengaktifkan lumut yang terjebak di es selama 20 tahun.

Kini, ilmuwan British Antartics Survey telah berhasil mengambil sampel lumut dari lapisan permafrost dan "menghidupkan" lagi.

Mereka menaruh sampel tersebut dalam inkubator bersuhu 17 derajat celsius, temperatur dimana lumut bersemi selama musim panas. Setelah 3 minggu, pucuk baru muncul.

"Banyak orang bertanya apakah kita melakukan hal yang rumit untuk menumbuhkannya kembali," kata Peter Convey, salah satu yang terlibat riset.

"Kami pada dasarnya hanya memotong setengahnya dan menaruhnya di dalam inkubator serta melakukan apapun untuk menumbuhkannya," imbuhnya seperti dikutip BBC, Senin (17/3/2014).

Proses yang paling rumit mungkin adalah memastikan tak adanya kontaminan dalam kultur lumut yang berdasarkan penanggalan karbon berusia 1.530 tahun.

Baik di Arktik maupun Antartika, lumut adalah bagian penting dari ekosistem. Organisme ini berperan seperti tumbuhan besar, menyerap karbon.

Pertanyaannya kemudian, bila lumut tua berhasil dihidupkan kembali, mampukah dia menyerap karbon yang dihasilkan manusia?