Mayoritas Pengguna Tak Peduli Software Asli atau Bajakan

By , Minggu, 23 Maret 2014 | 16:08 WIB

Hasil penelitian global yang dilakukan pada 1.700 konsumen, pekerja TI, chief information officers, dan pejabat pemerintah di 11 negara, termasuk Indonesia ini juga mengungkapkan 69% konsumen tidak peduli asal komputer maupun software yang dia beli. Bahkan, 49% dari konsumen tidak merasa khawatir akan kehadiran malware dan 42% pejabat pemerintah juga tidak merasa kuatir terhadap software bajakan untuk Asia Pasific.Padahal sebetulnya, para pengguna software bajakan harus berhati-hati. Sebab, riset International Data Center (IDC) dan National University of Singaporen (NUS) menyebutkan, dampak bahaya malware yang akan diderita konsumen dan perusahaan akibat penggunaan software bajakan di tahun 2014 tergolong besar.  Studi dengan judul “The Link Between Pirated Software and Cybersecurity Breaches,” tersebut mengungkapkan dari 203 komputer yang dibeli di 11 negara, 61% sudah terinfeksi malware. Sementara itu, untuk Indonesia, 63% komputer yang dibeli terinfeksi mallware.  "Trojan yang bersembunyi dalam software bajakan ini dapat menimbulkan dampak negatif kepada penggunanya, sementara pelaku kejahatan dunia maya mendapatkan keuntungan dari kelalaian keamanan yang dapat mereka temukan, yang merugikan keuangan secara besar bagi semua orang,” kata Reza Topobroto, Legal Affairs Director, Microsoft Indonesia. Sementara itu, bagi korporasi, perkiraan kerugian yang diderita di tahun 2014 total di seluruh dunia akan sebesar US$127 miliiar dalam mengatasi masalah keamanan yang timbul akibat malware. Jumlah ini belum termasuk masalah yang diakibatkan pembobolan data seperti kehilangan data, hacking sosial media, serta ulah spyware, yang dapat mengoperasikan komputer pengguna secara remote dan tanpa diketahui penggunanya untuk mencuri informasi penting.  Adapun menurut pemaparan Reza, survei menemukan, kerugian yang diderita korporasi akibat infeksi malware dan kehilangan data mencapai US$364 miliar. Selain itu, hampir dua per tiga dari perusahaan mengalami kerugian sebanyak U$315 miliar karena pelaku kejahatan terorganisir. Survei tersebut juga mencatat 27% karyawan memasang sendiri software bajakan di komputer perusahaan. Sebanyak 28% dari perusahaan responden yang melaporkan pembobolan keamanan menyebabkan jaringan, komputer atau situs web padam terjadi setiap beberapa bulan atau lebih; 65 persen dari kondisi padam tersebut melibatkan malware pada komputer pengguna akhir. Sementara itu, tercatat biaya yang akan dikeluarkan konsumen akibat software yang terinfeksi malware bisa mencapai US$25 miliar dan membuang waktu 1,2 miliar jam di tahun ini dalam mengatasi ancaman keamanan dan perbaikan komputer yang mahal karena malware pada software bajakan. Para konsumen pun disarankan agar berhati-hati dalam roses pembelian software, seperti halnya dengan banyak bertanya dan mengecek kemasan software, jangan terlalu yakin dengan harga murah yang ditawarkan penjual, dan sebaiknya membeli software asli di distributor atau vendor software yang memiliki reputasi baik dan terpercaya.