Carilah Wakil Rakyat yang Peduli Lingkungan Kita

By , Senin, 24 Maret 2014 | 08:55 WIB
()

Mencegah pemanasan global bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berperan serta dalam Pemilu (Pemilihan Umum), April dan Juli 2014 nanti.

Demi tercapainya upaya tersebut, Anda harus jeli dalam mencari wakil rakyat dan pemimpin nasional. Mereka harus memiliki visi misi serta program jelas mengenai pelestarian lingkungan.

Program tersebut nantinya akan membantu upaya konservasi, karena aktivitas penebangan hutan dan pertambangan liar harus segera dihentikan. Wimar Witoelar dari Yayasan Perspektif Baru mengatakan, peran generasi muda menjadi penting dalam mencari wakil rakyat yang mafhum akan pelestarian lingkungan.

Seorang ranger mencatat hasil temuan kayu hasil pembalakan di Kabupaten Pidie pada Januari 2013 (dok FFI Aceh)

"Jumlah pemilih muda usia 17-28 tahun pada Pemilu 2014 diperkirakan sekitar 53 juta orang, dari total pemilih Indonesia yang berjumlah 170 juta jiwa. Maka dari itu, peran generasi muda sangat menentukan arah pemerintahan lima tahun kedepan." Ujar Wimar.

Pentingnya mengangkat isu lingkungan hidup khususnya pemanasan global, didasari pada minimnya pemahaman masyarakat mengenai isu lingkungan, terlebih para calon anggota legislatif yang akan bertugas membuat peraturan perundang-undangan.

“Upaya mengurangi pemanasan global memerlukan political will semua pihak, untuk mengubah kerangka kebijakan pemerintah ke arah yang pro lingkungan. Maka menggunakan hak pilih pada Pemilu nanti sangatlah penting,” ujar mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu.

LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional mencatat terdapat sekitar 93 persen calon anggota legislatif merupakan calon yang sebelumnya menjabat di DPR RI, sedangkan sisanya merupakan wajah baru. Menurut Direktur Walhi Nasional, Abetnego Tarigan, dari calon anggota legislatif itu hanya sekitar 7 persen yang dinilai memiliki integritas, komitmen, kepemimpinan serta kompetensi yang mencukupi, termasuk memahami persoalan di bidang lingkungan hidup. Bila terpilih kembali, Abetnego mengkhawatirkan bahwa agenda penyelamatan lingkungan tidak akan berjalan dengan baik.

"Setiap ada kesempatan, mau kampanye, seminar dan undangan diskusi, Walhi melayani. Tanggung jawab kita menyuarakan seluas-luasnya, termasuk media yang memainkan peran penting," kata Abetnego.

Kata Abetnego, perubahan iklim merupakan suatu hal yang pasti hadir di tengah masyarakat yang tidak dapat dihindari, yang disebabkan oleh akumulasi persoalan lingkungan yang selama ini terjadi. Maka pemahaman dan penyikapan yang benar mengenai isu lingkungan harus dimiliki para anggota legislatif, agar dapat membuat kebijakan yang memihak kepada kelestarian lingkungan.

“Anggaran untuk penanganan perubahan iklim banyak yang bersifat hibah. Kedepan kita tidak bisa lagi mengandalkan hibah dari Norwegia, Inggris, tapi kita harus lebih mengedepankan kekuatan dalam negeri, APBN. Tapi apakah DPR kita mengerti persoalan lingkungan, butuh keberpihakan dan perhatian pada isu itu,” tuturnya. Maka, Walhi mendorong setiap aktivis lingkungan untuk masuk pada ruang politik, untuk memperjuangkan isu lingkungan pada partai politik yang dimasukinya.

Wimar Witoelar berharap, pendidikan politik masyarakat semakin meningkat, sehingga dapat menentukan arah bangsa kedepannya.

"Jangan pilih lagi orang yang membela kepentingan penguasa hutan, yang merusak lingkungan. Orang yang memiliki pelanggaran hukum dan pelanggar HAM juga jangan dipilih."