Beratnya Berkabung untuk Orang yang Hilang

By , Selasa, 25 Maret 2014 | 13:57 WIB

Para kerabat dari penumpang pesawat Malaysia Airlines yang hilang telah diberitahu bahwa pesawat jatuh di laut, dan tidak ada yang selamat. Jadi bagaimana beratnya berkabung untuk orang hilang?

Ketika pesawat MH370 menghilang, Prahlad Shirsath dalam perjalanan dari rumahnya di Korea Utara ke Beijing dan kemudian ke Malaysia saat ia mencari berita tentang keberadaan istrinya.

Kranti Shirsath, mantan profesor kimia dan ibu dari dua anak ini, sedang melakukan perjalanan untuk mengunjungi suaminya yang bekerja di sebuah organisasi non-profit di Pyongyang.

Ketika tidak ada berita dan hari-haripun berlalu, keluarga Shirsath memanggilnya untuk kembali ke negara asalnya di India, di mana mereka bisa menanggung ketidakpastian ini secara bersama-sama.

Ini disebut "rasa kehilangan yang tidak pasti", kata Pauline Boss, profesor emeritus di University of Minnesota, yang menangani orang-orang yang mengalami jenis kehilangan yang unik ini.

Tidak ada bukti fisik kematian - tidak ada organ tubuh - sehingga orang berpegang teguh pada sebuah harapan bahwa seseorang yang hilang itu masih hidup.

"Orang-orang tidak bisa berkabung bila terjadi suatu "rasa kehilangan yang tidak pasti" - mereka membeku," kata Boss. "Seringkali, masyarakat berpikir bahwa mereka seharusnya berkabung tetapi, pada kenyataannya, mereka berada di dalam ketidakpastian dan berpikir kemungkinan orang yang dicintainya akan kembali atau tidak."

Ini adalah semacam penderitaan yang menghentikan kesedihan mereka, kata profesor, penulis Ambiguous Loss: Learning to Live with Unresolved Grief.

Kabar terbaru bahwa pesawat mungkin jatuh di Samudera Hindia selatan, dengan tidak adanya seorang pun yang hidup, tidak mungkin mengendurkan perasaan ketidakpastian orang-orang itu, katanya.

"Tidak ada akhir bahkan jika mereka menemukan dengan jelas bahwa pesawat berada di laut. Tidak ada mayat yang dikubur. Ini akan selalu menjadi ambigu sampai ada bukti serpihan atau bukti DNA."

Orang-orang perlu melihat bukti sebelum mereka yakin bahwa kematian itu telah terjadi, kata Profesor Boss, dan tanpa itu, kesedihan akan terhenti dan sulit.

Sebuah kematian yang jelas pasti menyakitkan, dan ritual pemakaman dapat terjadi ketika ada jenazah, dan keluarga serta teman-teman yang berkumpul untuk memastikan bahwa orang tersebut memang sudah meninggal.

Baca juga: Mereka Menuntut Bukti-Bukti Atas Jatuhnya Pesawat Itu