Hampir semua orang mengatakan bahwa Matahari berwarna kuning. Tapi andai bisa terbang ke angkasa dan menatap langsung Matahari tanpa menjadi buta, maka Matahari akan tampak berwarna putih.
Cahaya Matahari mengandung seluruh warna pelangi. Dan ketika warna-warna itu berpadu maka warna yang tampak adalah putih. Matahari tampak berwarna kuning karena adanya atmosfer yang menyelimuti Bumi.
Cahaya biru dipantulkan oleh partikel di atmosfer Bumi, seperti debu dan air, dan tersebar ke semua arah sebelum mencapai mata kita. Cahaya merah tidak mudah tersebar sehingga dapat langsung mencapai mata manusia dari atmosfer. Karena itu, cahaya Matahari tampak lebih merah dari yang seharusnya.
Tetapi, di angkasa memang ada bintang berwarna kuning dan juga biru. Bintang hiperraksasa kuning sangat langka di alam semesta. Mungkin hanya sekitar selusin jumlahnya. Bagi para astronom, bisa menemukan bintang maharaksasa ini seperti menangkap golden snitch-nya Harry Potter.
Bintang satu ini merupakan bintang kuning paling besar yang pernah dilihat, dan merupakan bintang terbesar ke-12 yang ditemukan di semesta. Dengan perbandingan ukuran bintang hiperraksasa kuning adalah sebesar bianglala London Eye, maka pada skala yang sama, Matahari kita sebesar buah jeruk saja!
Bertahun-tahun lampau, bintang ini membakar hidrogen yang jadi bahan bakarnya—sama seperti yang dilakukan Matahari sekarang—dan ia pun jauh lebih kecil. Tapi ketika si bintang kehabisan bahan bakar, ia pun membengkak menjadi bintang merah yang sangat besar, sebelum kemudian bintang ini kehilangan selubungnya, dan menjadi bintang hiperraksasa kuning yang lebih terang.
Saat ini, bintang tersebut bercahaya jutaan kali lebih terang dari Matahari dan meskipun jaraknya sangat jauh dari Bumi, bintang hiperraksasa kuning ini bisa saja dilihat dengan mata tanpa alat.