Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, para pencari akan berkonsentrasi untuk menemukan titik lokasi kotak hitam MH370 itu dengan mengukur kecepatan angin, kekuatan arus bawah air, dan metode ukur lainnya dari lokasi jatuhnya pesawat. Karenanya, penting untuk memastikan lokasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH370 terlebih dahulu.
Lokasi serpihan-serpihan pesawat yang dinyatakan berada di selatan Samudera Hindia, atau sebelah barat Perth, Australia, kata Dudi, belum tentu menjadi lokasi jatuhnya MH370.
"Kemarin, dinyatakan puing-puing ditemukan, tetapi harus dicari lagi di mana jatuhnya pesawat itu. Bukan berarti lokasi puing itu merupakan lokasi jatuhnya pesawat," tutur Dudi, dilansir ANTARA News.
Dihitung dari hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 sejak 8 Maret lalu, maka kemungkinan besar sisa waktu baterai di kotak hitam yang memancarkan sinar ultrasonik tersebut tinggal 12 hari lagi.
Dudi lantas merujuk kecelakaan pesawat yang pernah menimpa Air France Airbus A330-200 yang jatuh ke Samudra Atlantik pada 2009. Untuk mengangkat kotak hitam Air France, yang sedianya terbang dari Rio de Jenairo ke Paris, diperlukan waktu bertahun-tahun. Namun lokasi kotak hitam itu sudah dapat ditemukan sebelum daya tahan baterai itu habis.
"Yang penting bukan pengangkatan kotak hitamnya, tapi lokasinya terlebih dahulu. Untuk mengangkat kotak hitam itu memang dibutuhkan alat-alat teknis lainnya," ujar dia.
Satu kasus lagi yakni jatuhnya pesawat Adam Air pada 2007 yang bertolak dari Surabaya ke Makassar, Indonesia. Menurut Dudi terdapat "keanehan" dalam kasus Adam Air. Sinyal ultrasonik yang dipancarkan dari baterai kotak hitam Adam Air saat itu, mampu bertahan hingga dua bulan.
Namun, Dudi tidak ingin berspekulasi terkait kemungkinan MH370 juga bisa bernasib serupa dengan Adam Air. "Tak bisa berspekulasi, data pastinya, semua menunggu dari tim pencari," ujarnya.