Kebanggaan Malaysia Tercoreng Tragedi MH370

By , Kamis, 27 Maret 2014 | 08:02 WIB

Tragedi pesawat maskapai penerbangan nasional Malaysia, Malaysia Airlines, nomor penerbangan MH370, dinilai menodai kebanggaan nasional karena peristiwa skala seperti ini baru kali pertama dialami Malaysia, kata para analis. 

Faktor utama yang menyebabkan kebanggaan tercoreng adalah tuduhan bahwa pemerintah tidak kompeten. 

"Kebanggaan Malaysia penyok karena adanya tuduhan bahwa negara dan pihak berwenang tidak mampu menangani krisis dengan baik mengenai hilangnya penerbangan MH370," kata Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan dan Hubungan Internasional, Majelis Profesor Negara Malaysia, Profesor Jayum Anak Jayan. 

"Pihak berwenang Malaysia tidak mempunyai pengalaman menangani krisis dalam skala besar dan belum pernah mengalami dan tidak pernah menjadi sorotan media internasional dan sorotan dunia." 

Media dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Jepang, Inggris, Amerika bahkan Iran, senantiasa melaporkan segala perkembangan dari pusat media yang semula ditempatkan di hotel dekat Bandar Udara KLIA tetapi belakangan dipindah ke pusat konvensi PWTC di Kuala Lumpur. 

Akan tetapi pakar politik dan pemerintahan di Universitas Putra Malaysia itu mengingatkan bahwa proporsi kemalangan yang dialami Malaysia tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak banyak negara termasuk negara-negara yang konon memiliki pengalaman mengelola krisis serupa akan tahu bagaimana mengatasi masalah ini secara tepat. 

Setelah MH370 dinyatakan jatuh di Samudra Hindia, menurut pakar politik dari Universitas Monash di Malaysia, Profesor James Chin, noda utama yang dialami Malaysia terkait dengan hubungan masyarakat. 

"Orang-orang di seluruh dunia akan memandang pemerintah Malaysia inkompeten dan tidak mampu menangani krisis," jelasnya. Dampak ini diperkirakan tidak berlangsung lama. "Tetapi seperti biasanya, orang-orang akan lupa," tutur Profesor James Chin. 

Ia meyakini hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang membawa 239 orang dari berbagai negara tidak sampai mengubah cara pihak berkuasa memerintah. Pemerintahan yang otoriter tetap berlaku. 

Sependapat dengan Profesor James Chin, Profesor Jayum mengatakan masalah ini akan berlalu. "Malaysia pada waktunya nanti akan sembuh dari kebanggaan nasional yang terluka." "Namun demikian dalam episode keseluruhan ini, Malaysia Airlines lah yang berada di garda terdepan persoalan manajemen terkait krisis ini," kata Profesor Jayum. 

Maskapai penerbangan nasional Malaysia Airlines disebut sebagai salah satu maskapai dengan catatan keselamatan terbaik di Asia dan baru kali ini mengalami kecelakaan besar. 

Di antara kecelakaan yang dialami Malaysia Airlines adalah jatuhnya pesawat Fokker 50 di Tawau, negara bagian Sabah pada 1995 yang menewaskan 34 orang. Pada Februari tahun ini Malaysia Airlines membukukan kerugian bersih US$104 juta selama periode tiga bulan hingga Desember 2013 yang merupakan kerugian kuartal keempat berturut-turut.