Jowo menggelayut ke sana-sini di belantara Gunung Haruman, Jawa Barat. Inilah pertama kali owa jawa (Hylobates moloch) jantan ini menghirup udara bebas. Setelah pintu kandang habituasi dibuka oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Novianto Bambang, Jowo pelan-pelan ke luar.
Sementara itu, pasangan hidup Jowo, Bombom mengikuti dengan hati-hati. Beberapa menit berada di hutan bebas, Bombom yang menggendong anak keduanya, Yudi, lantas kembali ke dalam kandang habituasi. Anak pertama keluaga Jowo-Bombom masih enggan melanglang bebas. Dia masih ragu-ragu.
Jowo begitu protektif terhadap keluarganya. Dia menjelajahi hutan untuk menelisik habitat barunya di Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani Unit III Jawa Barat itu aman.
Novianto Bambang menyatakan owa jawa termasuk salah satu satwa prioritas yang populasinya ditargetkan naik tiga persen selama 2010-2014. Dan pelepasliaran keluarga Jowo-Bombom ini akan menambah populasi owa jawa di alam.
Populasi satwa endemik Jawa ini di seluruh habitat alaminya berkisar antara 2.000 – 4.000 individu. Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani menuturkan usaha pelepasliaran untuk mengembalikan owa berperilaku alami. "Owa hidup di atas pohon dan bergelayutan," imbuh Noviar Andayani. "
Untuk memulihkan owa yang pernah dipiara manusia, diperlukan waktu lama dan kesabaran. Keluarga owa jawa yang terdiri empat individu tersebut misalnya, merupakan hasil rehabilitasi di Javan Gibbon Center (JGC) sejak April 2008.
Sebelum dilepas ke alam, satu individu owa mesti punya pendamping hidup. Koordinator Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa Pristiani Nurantika mengisahkan owa jawa akan merana bila dilepas sendirian.
Lantaran itu, di JGC dilakukan penjodohan setiap owa yang kini direhabilitasi. Jowo-Bombom menjadi salah satu keberhasilan penjodohan. Mereka menjadi pasangan setia sejak 2008, dan melahirkan anak pertama, Yani, pada 2010, dan Yudi pada 2013. Selain itu, owa yang direhabilitasi juga dipantau kesehatan, perilaku alami, dan kemampuan mencari pakan.
Dan, satu bulan sebelum dilepas, Jowo sekeluarga masih menjalani tahap adaptasi dengan lingkungan barunya di Hutan Lindung Gunung Malabar itu. Kawasan ini telah dikaji kelayakannya sebagai habitat owa. Untuk mamastikan daya sintas keluarga owa ini di alam, selama enam bulan ke depan akan dipantau terus-menerus. Setahun sebelumnya, di kawasan ini juga dilepas dua owa jawa yang kini telah menjelajahi hutan Gunung Malabar.
Proses panjang pelepasliaran owa melibatkan banyak pihak: Taman Nasional GunungPangrango, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Conservation Indonesia, Universitas Indonesia dan PT Pertamina EP Assets 3 Field Subang.