Asap Masih Menyelimuti Riau

By , Sabtu, 29 Maret 2014 | 10:18 WIB

Sejak modifikasi cuaca dilakukan satu bulan lalu, sebanyak 88,9 ton garam telah ditaburkan ke awan di atas Riau guna membuat hujan buatan. Namun, aktivitas itu belum melenyapkan kabut asap di Riau. Padahal, penyiraman dari udara terus dilakukan.

Dalam empat hari terakhir, asap tipis masih menyelimuti Kota Pekanbaru dan sekitarnya. Satelit NOAA pada 27 Maret mendeteksi jumlah titik api (hotspot) di Riau sebanyak 173 titik dan turun menjadi 121 titik pada Jumat (28/3). Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan Selasa yang hanya 41 titik dengan konsentrasi di Riau bagian utara dan timur, seperti Dumai, Bengkalis, Rokan Hilir, dan Siak.

Komandan Penerangan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Asap Riau Kolonel (Inf) B Robert, Jumat sore, mengatakan, saat ini satgas masih memiliki persediaan 17,1 ton garam. Namun, sebelum persediaan habis, garam tambahan dipastikan sudah tiba di Pekanbaru. "Upaya penyemaian terus dilakukan. Fokusnya di daerah yang masih banyak titik api," ujar Robert di Pos Komando Satgas Penanggulangan Bencana Asap, Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

Jumat siang, satgas mendapat tambahan satu helikopter Bell dari Jakarta. Secara keseluruhan ada 10 pesawat yang dilibatkan dalam penanggulangan asap dan kebakaran, termasuk Hercules milik TNI, Cassa, serta helikopter Sikorsky, Kamov, dan Bolco yang bertugas menyiram air dari udara.

Pembakar diburu

Menurut Robert, pihaknya bekerja keras mengatasi kabut asap, menemukan titik api dan memadamkannya, serta memburu pembakar lahan. Pada pemadaman 14-23 Maret, upaya itu berhasil. Titik api yang terdeteksi tinggal 1 titik dan kabut asap hampir lenyap. Namun, beberapa hari ini jumlah titik api naik lagi. Penyebabnya dua faktor, yakni kondisi alam dan perilaku orang yang masih membakar lahan.

Agus Wibowo, Kepala Bidang Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan, hujan yang turun tidak lepas dari menghilangnya siklon Gillian dan aktivitas penaburan garam yang terus dilakukan oleh satgas.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo mengatakan, sudah ada 18 tersangka kasus pembakaran lahan yang berkasnya dinyatakan lengkap oleh tim jaksa penuntut umum.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Abetnego Tarigan menyoroti pernyataan Presiden tentang kendali operasi penanganan kebakaran Riau untuk pengerahan tentara dan aparat sebagai operasi militer nonperang. Hal ini dinilai rentan disalahgunakan aparat untuk menggusur dan mengkriminalisasi masyarakat adat. Respons itu akan menambah penderitaan masyarakat.

Koordinator Konservasi Gajah dan Harimau WWF-Indonesia Sunarto mengatakan, kebakaran hutan dan lahan telah melukai rasa keadilan masyarakat.