Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mengaku sangat kehilangan dengan meninggalnya dalang Asep Sunandar Sunarya yang terkena serangan jantung, Senin kemarin.
Emil—sapaan akrab Ridwan Kamil—mengatakan, pada saat dirinya mencalonkan diri menjadi Wali Kota Bandung, almarhum banyak memberikan wejangan kepadanya. "Beliau bagian dari pendukung, jadi saya sangat kehilangan karena banyak dinasihati filosofi-filosofi Sunda," kata Emil di Bandung, Selasa (1/4).
Menurut Emil, wejangan yang paling diingat olehnya adalah soal kesabaran dan keikhlasan menjadi pemimpin. "Terkait perjuangan, terkait kesabaran," ungkapnya. Pada saat itu, kata Emil, Abah Asep Sunandar Sunarya mengingatkan bahwa menjadi pemimpin itu pasti mendapat ujian kesabaran yang berlipat-lipat.
"Nasihat itu yang saya praktikkan. Karena dengan menjadi pemimpin kota, ekspektasi orang suka tidak bisa diduga-duga. Ada yang tidak mengapresiasi ada yang memarahi," ucapnya.
"Kata Abah, dengan kesabaran jalan akan lebih mudah," tambahnya kemudian.
Nyunda
Semangat Asep Sunandar melestarikan budaya Sunda khususnya wayang golek tak hanya dalam bentuk monumental saja. Menurut Emil, semangat tersebut harus menjadi sebuah sistem.
"Kalau kita kompak punya sebuah sistem, bukan tidak mungkin akan ada Abah Asep Sunarya yang lainnya," kata Emil di Bandung, Selasa (1/4).
Diakui Emil, langkah untuk melestarikan budaya sunda ke dalam sebuah sistem sudah dilakukannya melalui penerapan hari tematik yaitu 'Rebo Nyunda'. Rabu Sunda adalah satu hari tematik di mana seluruh pegawai negeri sipil Pemkot Bandung diwajibkan memakai pakaian sunda dan iket Sunda.
"Program Rabu Sunda itu bagian dari menyiapkan sistem. Ada yang bilang itu hanya penampilan. Bukan, itu proses awal," kata Emil.
Emil menambahkan, setiap kebijakan pasti disertai dengan penolakan. Hal tersebut berlaku juga pada penerapan 'Rebo Nyunda'.
"Orang berpihak dulu, lama-lama kepada masalah budaya Sunda, kesenian pewayangan. Ini harus jadi tradisi jangan kalah sama budaya Korea atau budaya asing," ungkapnya.