Dingo Dideskripsikan sebagai Spesies Unik

By , Rabu, 2 April 2014 | 15:34 WIB

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Australia dan diterbitkan di Journal of Zoology, menghidupkan kembali nama spesies Canis dingoyang pertama diadopsi pada tahun 1793 oleh seorang ahli alam dari Jerman, Friedrich Meyer.

"Yang kami lakukan adalah mendeskripsikan dingo dengan lebih ilmiah," ungkap peneliti Mike Letnic dari University of New South Wales.

Kini diketahui kalau hewan khas Australia itu adalah spesies unik. Dingo bukan anjing, melainkan termasuk dalam klasifikasi predator darat terbesar di Australia.

Sebagian besar kebingungan tentang apakah dingo adalah spesies yang berbeda berasal dari klasifikasi sebelumnya, yang berdasarkan referensi dari gambar dan deskripsi sederhana dalam jurnal gubernur Australia pertama di abad ke-18, Arthur Phillip.

"Ketika Phillip pulang ke Inggris, ia menulis tentang petualangannya di dalam buku tersebut. Ia menulis satu paragraf tentang dingo dan mempublikasikan sebuah gambar, hanya sejauh itu pengetahuan tentang dingo yang dimiliki oleh dunia sains," tutur Letnic.

Tim tersebut menemukan ciri-ciri fisik dingo yakni hewan yang langsing, kepalanya sedikit lebar, bermoncong panjang, telinga runcing dan ekor yang lebat, dengan berat badan 15 - 20 kilogram.

Untuk mengetahui apakah dingo memiliki persilangan dengan anjing-anjing domestik, tim tersebut melacak 69 specimen tengkorak dan kulit sebelum tahun 1900 di museum dan situs-situs arkeologi di Eropa, Australia dan Amerika untuk membuat patokan deskripsi.

"Kami menyebutkan bagaimana rupa dingo sebelum 1900 dan itulah rupa dingo karena tidak ada terlalu banyak anjing di daerah Australia, itulah acuan kami membuat deskripsi dingo."

Dingo diperkenalkan ke Australia sekitar 3.000 sampai 5.000 tahun lalu, dengan bukti-bukti genetik menunjukkan mereka berasal dari anjing-anjing domestik Asia Timur. Mereka berkembang biak terisolasi sampai anjing-anjing yang datang menyertai penduduk Eropa dari tahun 1788.

Para ilmuwan berpendapat masih ada dingo murni di beberapa daerah Australia, kata Letnic, tapi tanpa DNA mereka tidak bisa yakin 100 persen.

Membedakan dingo murni dari dingo yang sudah bercampur dengan anjing liar adalah isu yang penting karena beberapa wilayah Australia mendukung konservasi dingo tapi pemusnahan "anjing dingo" yang dianggap sebagai hama oleh petani karena karena mereka membunuh hewan ternak.

Dingo memainkan peran penting untuk mengatur populasi hewan seperti kangguru, wallaby, dan rubah merah.

Para ilmuwan berharap pengertian yang lebih dalam tentang jumlah dingo berdasarkan identifikasi yang lebih jelas akan membantu menentukan tempat mereka dalam keanekaragaman hayati.

"Yang juga ditunjukkan penelitian kami, warna dingo tidak hanya kuning," kata Letnic melanjutkan, "Banyak orang berpikir kalau warnanya hitam maka bukan dingo dan membunuhnya."