Hormon Oksitosin Bukan Penentu Moral

By , Kamis, 3 April 2014 | 19:55 WIB

Di mana oksitosin membuat berita baru, si hormon kerap dilekatkan dengan sebutan "hormon cinta", atau "molekul moral".

Oksitosin memang lebih dari hormon sosial pada umumnya. Meski demikian, jangan salah kaprah juga menyebut oksitosin sebagai hormon yang menentukan moral. Oksitosin bahkan mulai dikaitkan ke berbagai fungsi kebajikan, antara lain empati, kerja sama, sampai kepercayaan.

Oksitosin sesungguhnya mendorong atau menggerakkan kita untuk berperilaku (mengambil tindakan) sosial. Bisa terjadi reaksi positif ketika situasinya sedang baik. Namun, melihat dari konteks tersebut, oksitoksin dapat mengungkap sisi 'gelap' seorang manusia pula.

Contohnya penelitian terbaru ini. Dua peneliti Shaul Shalvi and Carsten de Dreu, menunjukkan pengaruh oksitoksin sehingga orang dapat menjadi lebih tidak jujur dalam sebuah simulasi lewat permainan per kelompok sederhana —apabila kebohongan itu bisa menguntungkan kelompoknya.

Akan tetapi saat mereka bermain dalam permainan perorangan, oksitosin tidak berpengaruh apa-apa.

"Ini adalah bukti terbaik oksitosin bukan penentu moral atau amoral pribadi, melainkan membuat orang lebih memperhatikan kepentingan kelompok mereka," kata Carsten de Dreu menyimpulkan.