Peneliti: Adanya Spesies Hibrida di Laut Jawa Disebabkan Eksploitasi Berlebih

By , Jumat, 4 April 2014 | 15:27 WIB

Pari hibrida atau hasil kawin silang antarjenis ditemukan lewat analisis DNA sejumlah sampel pari tutul yang diambil dari Laut Jawa. (Baca lengkapnya di sini)

Adanya pari hibrida diduga terkait dengan eksploitasi ikan secara berlebihan di perairan tersebut.

Hal itu disampaikan oleh Irma Shita Arlyza, peneliti genetika molekuler dan biologi kelautan dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/4).

"Dari sejumlah 113 sampel ikan pari tutul yang kita ambil dari Laut Jawa dan kita analisis secara molekuler, kami menemukan pari hibrida, artinya kawin dengan spesies lain," ungkap Irma.

Spesies hibrida, kata Irma, sebenarnya adalah suatu anomali. Di alam, secara natural, satu spesies hanya akan mampu kawin dengan spesies yang sama. Suatu spesies akan "memaksa diri" kawin dengan spesies berbeda bila ada faktor tertentu.

Irma menduga, "pari hibrida mungkin terjadi karena adanya eksploitasi berlebihan. Akibatnya, populasi satu spesies berkurang, dan ketika akan kawin, jenis itu tidak menemukan pasangan. Akhirnya harus kawin dengan spesies lain.

Tanda eksplotasi berlebihan bisa dilihat pada jumlah pari tutul jenis Himantura umbulata. Irma mengungkapkan, dari sejumlah 113 sampel yang diambil dari 8 lokasi, hanya 1 induvidu H. umbulata yang terkoleksi. "Ini sangat kecil," katanya.

Eksplotasi yang kemudian memicu adanya spesies hibrida, bila terus terjadi, dapat mengancam kelestarian jenis itu sendiri. Pasalnya, spesies hibrida selalu bersifat steril. Jika terlalu banyak hibrida, populasi akan terus merosot.

Irma menuturkan, kaitan antara hibrida dengan ekploitasi berlebihan masih dugaan. Namun, fakta bahwa Indonesia mengeksploitasi ikan secara berlebihan memang terjadi. Hal ini mengancam kelestarian laut.

Pari tutul merupakan salah satu jensi ikan yang banyak dimanfaatkan. Menurut Irma, tak ada satu pun bagian tubuh ikan ini yang tak berguna. Kulitnya bisa diolah menjadi barang komersial, dagingnya sebagai sumber protein, dan bagain dalam tubuhnya sebagai pakan hewan.