Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, lahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889. Dari mana nama Ki Hajar Dewantara?
Dalam buku Ki Hajar Dewantara Ayahku, Bambang Sokawati Dewantara mengisahkan hal itu.
"Bapakmu memang hebat! Begitu yakinnya dia pada kepribadiannya, maka ia pakai nama itu untuk dirinya: Ki Hadjar Dewantara." Begitu kata Hendra Gunawan (pelukis) kepada Bambang, yang langsung menukas, "Di mana letak kehebatannya?"
"Bukankah nama itu nama seorang Guru Besar yang berhasil menyatukan aliran-aliran agama dan kepercayaan di seluruh Jawa Dwipa di zaman karuhun?" (karuhun, bahasa Sunda, artinya nenek moyang, leluhur)
Karena penasaran, Bambang pun menanyakan hal itu ke bapaknya langsung. Inilah yang kemudian dituliskan di bukunya itu.
Seperti diketahui, berdirinya Tamansiswa (3 Juli 1922) diawali dengan terbentuknya suatu forum diskusi yang terdiri atas orang-orang politik, orang-orang kebudayaan, dan filsuf.
Karena diskusi diadakan tiap hari Selasa Kliwon, maka mereka menamakan diri "kelompok Selasa Kliwonan". Pemimpinnya Ki Ageng Suryomentaram, adik mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Dalam diskusi atau sarasehan kelompok ini, rupanya kemampuan Suwardi Suryaningrat dalam hal ilmu keguruan dan pendidikan memang sangat menonjol. Hal ini tampak ketika RM Sutatmo (anggota Volksraad/Boedi Oetomo) memimpin sidang.
Dengan spontan dan serius ia mengubah kebiasaannya memanggil adik sepupunya itu tidak lagi "Dimas Suwardi" sebagaimana lazim dilakukannya. Akan tetapi ia memanggilnya dengan sebutan Ki Ajar.
Cara ini kemudian diikuti oleh Ki Ageng Suryoputro (RMA Suryoputro), dan anggota lainnya. Saat itu Suwardi menerima julukan yang diberikan oleh Ki Sutatmo Suryokusumo dan Ki Ageng Suryoputro dan kawan-kawannya sebagai kelakar semata. Namun sesudah Tamansiswa berdiri, selama 6 tahun, pada tanggal 3 Februari 1928 Suwardi dan istri secara resmi berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.